KEJADIAN INSAN.
1. adapun kejadian insan itu
martabatnya : kejadian dzahir insan adalah martabat
Pertama : tetkala dari bapak
itu (Nuqthah) namanya yaitu :Maa-ul hayati (Air hidup) sifat
hayat, bahwasanya maua-ulhayat itu tempatnya didalam syurga ketujuh berdekatan
dengan Air qashar.
2. bermartabat kedua :
tetkala jatuhnya maa-ulhayat masuk kedalam tubuh jasmani itulah (Dzurriyyah)
namanya
3. martabat ketiga : tetkala
jatuhnya (dzurriyyah) masuk kedalam (tulang shulbi) itulah (mani)
namanya yakni ! syifattullah yang artinya martabat yang ketiga itu pada (syifat
ma’ani) :
1. ‘Ilmu
2. Hayat
3. Qudrat
4. Iradat
5. Sama’
6. Bashar
7. Kalam
Maka dalam itu hendaklah ibu
bapak berkelakuan baik-baik dan berhati-hati
4. kemudian daripada itu
maka turun dia dari maqam (‘Ala)
kepada maqam (sulfa) itulah yang disebut (Assafi’iina) yaitu
daripada kandungan bapak kepada kandungannya ibu.
Serta berjumpa kepada mani bapak dan ibu, maka dinaikan
(Nuqthah) artinya :Nuqthah itu
bersama-sama menjadi satu titik inilah (masrah) keduanya, maka dinaikan dia (Nuqthah) artinya : bercampur (mani)
bapak dengan (mani) ibu maka itu
menjadi (zurriyyah). Adapun tatkala
dzurriyyah itu masih masing-masing kedudukannya yaitu bahwa bertingkat-tingkat
:
1. daulatul Qaiim , itulah dzurriyyah dari bapak yakni
titik dari bapak, maka keadaannya itulah yang membawa syifat (Jamal)
2. Nurul Qadiimu , kediamannya itu (mani bapak) pada mata bapak,
3. Joharul Qadim, kediamannya mani bapak ini pada perut
bapak dinamakan (Masyiinuna)
DEMIKIAN PULA
DZURRIYYAH DARIPADA IBU SEPERTI JUGA HALNYA DZURRIYAH PADA BAPAK.
Didalam keadaannyapun bertingkat-tingkat pula, seperti
pada bapak, maka mani mapak yang jatuhnya kedalam tanah suci itu (Alif awal) namanya. Dan juga berjumpa
dzurriyyah itu jadilah (dua titik)
maka (Nuqthan) namanya, atau disebut
dengan nama (dua alif) namanya.
1. Alif awal…itu dzurriyyah bapak, maka itulah yang
menjadi anak.
2. Alif sani …itulah dzurriyyah ibu, inilah rupanya.(……ada gambarnya disini……..)
Dan
apabila masrah keduanya yakni menjadi satu, maka jadilah berlaku suatu
kelakuan, maka dinamakan ia (Nuqthah) inilah rupanya (……ada
gambarnya disini…………..)
Kemudian juga masrah keduanya dalam (rahim
ibu) sampai paa bilangan cukup (40) hari maka dinamakan dia (Nutfah) inilah rupanya (………………….)
Seterusnya manakala dialam rahim ibu cukup bilangan
(80) hari, dinamakan dia (‘Alaqah) inilah rupanya (……………..)
Dan manakala didalam rahim ibu cukup bilangan (90) hari, maka dia dinamakan dia (Mudghah)
inilah rupanya (………………)
Dan manakala didalam rahim ibu cukup bilangan (120)
hari, dinamakan dia (Hayyun) inilah rupanya (…………………..)
Dan manakala didalam rahim ibu cukup bilangan (9) bulan atau (12) bulan maka dinamakan dia (Janin) inilah rupanya (………….)
Maka telah cukuplah syifat-syifat-nya itu, inilah
kehasilan-nya (Insanul kamil) yang bernama (syifat Rahman) yang daripada Allah (Joharul Qadiim) daripada mani bapak / ibu pada perut, dan yang
bernama (syifat Arrahiimu)
yang daripada Allah SWT, itulah haqeqat (insanul kamil)
Firman Allah
SWT, walaqad khalaqnal insana min sulalatin min thiin, tsumma ja’alnahu
nutfatan fii qararim-makiin, tsumma khalaqna nuthfata ‘alaqatu mudhghatan
fakhalaqnal mudhghatan ‘izhaman fakasaufal ‘izhama lahma, tsumma ansyaa-anahu
khalaqna akhara, fatabarakallahu ahsanal khaliqiina.
Artinya : demi sesungguhnya kami (Allah) telah memulai penciptaan manusia daripada (air) yang tersaring dari sarinya tanah, lalu kami jadikan (air
mani) ditempat diamnya yang kokoh
kemudian kami jadikan (mani) itu (darah segumpal) maka kami jadikan segumpal (darah) itu daging sepotong lalu kami jadikan tulang maka
kami jadikan tulang2 itu dibungkus dengan daging , kemudian kami berkenan
terbitkan dia kejadian baru (manusia) yang elok, maka telah memberkati Allah yang
sebagus-rupa rupa.yang maha menjadikan.
Maka demikian itulah ringkasan haqeqat (Insanl
kamil) yakni yang sebenar-benarnya (diri) dan yang sebenar-benarnya (tuhan), sebagaimana telah berkata ahli shufiyatul muhaqiqiina
:
Man ‘arafa
nafsahu faqad ‘arafa rabbahu.
Maksudnya : mengenal haqeqatnya yakni : mengenal : dzatnya, shifatnya, af’alnya,
asmanya, sebagaimana firman Allah SWT.
Artinya : barangsiapa mengenal akan dirinya dengan
sebenar-benar mengenal, maka sesungguhnya dia mengenal akan tuhannya dengan
sebenar-benar mengenal, maksudnya: mangenal haqeqatnya yakni : dzatnya, shifatnya, af’alnya, asmanya, sebagaimana firman Allah SWT.
Wallahu
khalaqakum wamata’maluuna (ashafat-96)
Artinya : bahwasanya Allah yang telah menjadikan kamu
dan apa perbuatan-perbuatan kamu, maksud maradnya ayat ini menerangkan bahwa
Allah bersesuatu keduanya (di antara
khalaq dan makhluq) yakni keadaannya insan itu keadaannya Allah pada
bathinnya dan pada zhahirnya :
Al-insanu
zhahirullahu, wallahu bathinuhu.
Artinya : manusia itu zhahir Allah, dan Allah itu
bathin manusia.
Oleh karena segala (geraq dan diam) itu sebenar-benarnya tiayada sesuatu yang lain
hanyalah (af’alullah jiwanya ):
Laa tataharrak
dzurrata illaa bi-idznillahi.
Artinya : tiadalah geraq sesuatupun hanya serta idzin
Allah (hanya geraq allah juga
haqeqatnya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar