THAREQAT
Telah berkata empunya thoreqat :
Thoreqatuna ‘alaa ‘adadi harfi
naqthijamin, faman lam ya’tina fii zamanina labudda yandim ,
Artinya : thoreqat kami ini atas
bilangan huruf ………………….
Maka barang siapa tidak mendatangi
pada kami dan tiada pula mengambil pada sesama kami, tidak bisa tentu menyesal.
Bermula hikmah thoreqat naqthojami yaitu : ( Dawamul
‘ubudiyyati zhohiron wabathinan ma’a dawami hudhuril qolbi ma’allahi
Artinya : berkekalan senantiasa
berkepanjangan tiada berkeputusan memperhambakan diri zhohir dan bathin beserta berkekalan tiada
berkeputusan hudhur hati serta Allah.
Firman Allah ta’ala :
Wadkurullaha dzikran kasiron la’allakum
tuflihuun ( aljum’ah – 10 )
Artinya : dan ingatlah kepada Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu mendapat kemenangan / keberuntungan .
Dan didalam hadits qudsi yang
diriwayatkan oleh Asysyaikhonii dan atturmudi dari saidina abu hurairah r.a
telah berfirman Allah ta’ala :
Anaa indadhonni ‘abdiibii wa anaa ma’ahu hiina yadzkurunii
faindzakaronii fiina dzakartuhu fiinafsii waindzakaronii fiimalain dzakartuhu
fii malain khoirin minhu wainiqtaroba ilayya syibron iqtarobtu ilaihi dziro’an
wainiq taroba ilayya dziro’an iqtarobtu ilaihi ba’aan wainatanii yamtsi
ataituhu harwalatan .
Artinya :
aku sesuai dengan persangkaan hambaku dan aku bersama hambaku ketika dia Ingat
kepadaku, jika ia mengingati akan daku didalam dirinya (Hatinya), akupun ingat pula kepadanya didalam diriku dan jika ia
ingat kepadaku dalam lingkungan “ Kholiq “ rame-rame niscaya akupun ingat
kepadanya dalam Kholiq rame-rame
yang lebih baik, jika ia mendekat kepadaku sejengkal akupun mendekat pula
kepadanya sehasta , dan jika ia mendekat kepadaku sehasta niscaya ia mendekati
kepadaku sedepa, dan jika ia datang kepadaku berjalan maka aku mendatanginya
dengan berlari.
Maka ta’rif thoreqat “ Naqthojami “ yakni berkekalan memperhambakan diri
zhohir dan bathin kepada Allah serta berkekalan hudhur Hati beserta Allah itu
membuahkan hikmahtentram Hati – Bersih
Hati – terbuka Hati untuk menerima limpah karunia Allah tiada terlepas dari
petunjuk Allah maka mendapatkan “
Mukasyafah “ dalam arti yang luas dan barang siapa mendapatkannya “ Hikmah
Thoreqat Naqthjami “ dia tentu mendapat keberuntungan yang besar sekali,
sebagaimana firman Allah ta’ala :
Artinya : allah memberikan hikmah (‘ilmu yang
berguna) kepada siapa yang dikehendakinya,barang siapa mendapat hikmah itu maka
sungguh orang itu telah mendapat kebajikan yang banyak.
Adapun ( Man yasyaau ) maksudnya : mereka yang dikehendaki Allah,
itu jelas adalah mereka selalu mengingati Allah dan berhamfiri diri kepada
Allah (Taqarrub) dengan berkekalan tiada berkeputusan hudhur hati serta Allah,
sebagaimana dijelaskan antara lain didalam hadits qudsi tersebut diatas maka
itu jelasnya yang dituju oleh (Fan ilmu thoreqat naqthojami) adalah
meningkatkan maqom Iman dan Taqwa yang sempurna disisi Allah karena ditegaskan
oleh Allah ta’ala didalam firmannya :
Inna akromakum ‘indallahi atqokum innallaha ‘aliimun khobiir ( alhajarat – 13
Adapun taqwa kepada Allah berarti juga berakhlaq kemuliaan dan berakhlaq
yang baik / kepunyaan itu berperangai Ihsan dan untuk itu berlakulah Thoreqat,
maksud dan arti Thoreqat menurut ilmu tashauf ilah jalan atau petunjuk dalam
menjalankan ( ‘Amal Ibadat ) sesuai dengan ajaran contoh yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW, yang dituruti oleh para shahabat2 beliau lalu para
tabi’in-tabi’ina secara turun-temurun sampaikepada guru-guru / ‘Ulama-‘ulama
dari masa kemasa sambung menyambung hingga pada masa kita sekarang ini.
Perhatikanlah seperti dalam hal : wajib mendirikan shalat yang berwaktu
dalam Qur’an di nyatakan perintah mendirikan shalat, tetapi tidak terdapat ( Penjelasan ) umpamanya :
Zhuhur ………………. 4 ……raka’at
‘Ashar ………………………….4 …raka’at
Maghrib ……………………………………3 …………
raka’at
‘Isya …………………………………………………..4
………..raka’at
Shubuh ……………………………………………2
………..raka’at
Begitupun
mengenai,…………………………………………………………………………………………………………..
Rukun shalat yang 13 (takbiratul ihram – fatihah – ruku’ –
I’tidal – sujud - duduk – dan seterusnya
hingga salam) . hanya saja itu semua adalahpekerjaan yang terdiri dari
apa-apa yang (Di Contohkan)
/ diajarkan oleh Nabi SAW, kepada para sahabat yang meneruskannya kepada
para pengikutnya dan terus menerus sambung menyambung rantai berantai sampai
kepada masa selanjutnya.
Bukannya sekali kali bahwa “ Qur’an “ itu tidak lengkap, akan tetapi
justru karena sangat padatnya ilmu yang terkandung didalamnya, maka
peraturan-peraturan Allah itu pelaksanaannya (Di Contohkan) dan “ Dijelaskan “ oleh Nabi
Besar Muhammad SAW., agar tidak menuruti penangkapan otak orang yang hanya (Dari Membaca) sekilas
saja lalu melakukannya sesuka hatinya.
Memang Qur’an itu menjadi sumber pokok, sedangkan sunah Rasul / Hadits
merupakan penjelasannya yang “ Penting “ dan pelaksanannya berurat nadi “
Perbuatan “ ya’ni “ Thoreqat “ yaitu sebagaimana dimaksud dalam sabda Nabi SAW :
Syare’at itu perkataanku (Peraturan)
Thoreqat itu (perbuatanku) cara pelaksanaannya
Haqeqat itu (Akhlaqku) kenyataannya
Dikatakan juga bahwa thoreqat itu adalah pelaksanaan ‘Ilmu Tashauf,
bersumber dari pokok pangkal Thoreqat Nabi besar Muhammad SAW. Ya’ni ‘amal ‘ibadat kita yang kita
lalukan (Thoreqat yang kita lakukan) adalah petunjuk yang kita terima dari
guru kita, dan guru kita menerima dari ‘Ulama pendahulunya, dan ini dari para
tabi’in – tabi’ina dan ini dari para tabi’ina dan beliau-beliau menerimanya
dari Shahabat yang menerimanya dari Rasulullah SAW.
Dan junjunan kita itu menerimanya dari saidina “Jabrail ‘alihissalam“ dari Haqqullah subhanahu wata’ala, maka itu
mempelajari pan ilmu thoreqat mestilah dengan adanya bingbingan guru yang
jelas2 silsilah nisbanya dan tidak boleh hanya mengambil dari membaca buku /
kitab2 karangan saja sebab telah bersabda Nabi SAW.
Man lasyaikho lahu fasyaikhuhusy
syaithonu,
Artinya : barang siapa yang tiada berguru baginya maka gurunya itulah
Syethan.
Telah berkata pula syekh ‘abdul wahab asysya’roni r.a. ketahuilah oleh
kamu wahai para murid ! sesungguhnya barang sipa yang tiada mengetahui akan
turunan leluhurnya Thoreqat Dzikir itu tentu buta mata hatinya, terkadang nanti
mengaku-ngaku keturunan dari lain leluhur yaitu margakan diri pada lain bangsa,
maka tentu dila’nat. dimurkai oleh Allah ta’la, padahal leluhur2 thoreqat itu
lebih luhur lebih bangsawan dan lebih mulia daripada leluhur “ shalib “ dari
bapak dan ibu lebih tinggi daripada seratus tingkat kelebihan, maka barang
siapa yang tidak mengetahui akan tingkat2 nya turun temurunnya thoreqat sejak
dari Rasul SAW. Sampai kepada dirinya itu kosong lagi bingung dan dapat saja
tersesat ditengah jalan.
Begitulah para shufiyah menjalankan thoreqat (sistim2) dan latihan-latuhan / riyadhoh membersihkan jiwa dari
segala shifat yang tecela “ Madzmumah “ dan menanamkan segala
shifat terpuji, menggemarkan kegiyatan-kegiyatan ‘ibadah dan kebajikan –
memperbanyak dzikirullah dengan tulus ikhlash semata-mata untuk memperoleh
keadaan “ Tajalli “ yaitu = bertemu
= dengan Allah ‘Aza wajala,
Justru itu para ahli tashauf / thoreqat lebih banyak berusaha
sungguh-sungguh untuk membaikan “ Akhlaq
nya “ terbanding membaca / mempelajari banyak buku2 yang dikarang orang
karena memperhatikan hadits2 Nabi SAW. Seperti antara lain :
Akmalul mukminiina imaanan ahsanuhum khuluqon ( rowahu ahmad ‘an abi
hurairah )
Artiinya : orang mukmin yang paling sempurna Imannya ialah orang yang
paling baik Akhlqnya.
Hubungan Iman dengan Akhlaq adalah
laksana hubungan pohon dengan buahnya, pohon yang sempurna menghasilkan buah
yang banyak manfaatnya bagi lingkungan sekelilingnya, begitulah orang yang
sempurna Imannya, tentu membuahkan perangai terpuji yaitu “ Budhi pekerti “
yang luhur yang meni’matkan ‘alam sekitarnya, terutama lingkungan hidup manusia
, sebaliknya orang yang buruk Akhlaqnya itu membuktikan bahwa Imannya masih
tipis / kurang atau tiada sama sekali Iman tanpa Akhlaq kemuliaan adalah
Lumpuh, sebaliknya Akhlaq tanpa Iman adalah Buta.
Dan lagi sabda Rasulullah SAW. :
Afdholul iiman anta’lama annallaha ma’aka haitsu makunta ( rowahu thabroni )
Artinya : Iman yang paling utama ialah engkau mengetahui bahwa Allah
senantiasa menyertai kamu dimana saja kamu berada.
Iman yang utama ialah percaya dan yaqiin kepada Allah dengan segala
shifat kesempurnaannya, senantiasa ingat dan sadar bahwa allah Maha Mendengar
dan Maha Melihat akan dia dimana dan dalam keadaan bagaimanapun sepenjang waktu
/ masa , orang yang selalu menyadari ini tentu selalu terhindar dari perbuatan
yang buruk.
Allah AWT. Sumber dan pencipta segala kebaikan dan kesempurnaan yang
telah mengutus Saidna Muhammad Rasulullah SAW. Sebagai orang yang paling
baik.(Akhlaqnya) lantaran senantiasa dalam bingbingan Allah ta’ala, sebagaimana
diakui oloeh Nabi SAW. Dalam sabdanya :
Addabanii – robbii faahsana
takdiibii ( rowahul ma’ani ‘an abi sa’auri )
Artinya : dituntun
Akhlaqku oleh tuhanku maka menjadi baguslah adabku.
Dlam hal berperilaku dan berbudi pekerti luhur dan terpuji, hendaknya
kita bercermin kepada manusia agung ya’ni Saidina Muhammad SAW. Dan bukan
kepada lain, dan itulah thoreqat yang benar.
Firman Allah ta’ala : waan lawistaqo muu’alaa thoreeqoti laasqoinahum
maain ghodaqon ( al-jin – 16 ),
Artinya : dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas
jalan itu (thoreqat) tentu kamu akan
memberi kepada mereka minuman air yang segar (rizqinya
yang banyak).
Memperbaikan dan menyempurnakan Akhlaq adalah membersihkan dan meluruskan
jiwa, barangsiapa yang baik jiwanya tentu baik pula perbuatan zhohirnya, maka
itu ilmu thoreqat sebagai ilmu tashauf disebut pula sebagai ‘ilmu Keruhanian,
adapun keruhanian adalah pusaka keagamaan islam yang dimulai Nabi SAW. Sampai
kepada para sahabatnya terus kepada para tabi’ina lalu tabi’ittabi’ina dan
seterusnya sampai kepada masa kita ini.
Kadang-kadang orang keliru menanggapi “‘Ilmu Thoreqat“ adalah ilmu kebathinan yang disejajarkan dengan
aliran kepercayaan yang tidak bersumber pada kitab Allah, pendapat itu tidak
betul, pan ilmu thoreqat bukan aliran kebatinan dan bukan aliran kepercayaan,
yang benar adalah thoreqat adalah ilmu pelaksanaan ‘Ibadat kepada Allah yang
bertitik tolak dari kesadaran keruhanian mengaku wujudullah Ahad sebagai dasar
pokok kebenaran dan beragama, menepati ajaran dan contoh dari Rasulullah saw.
Sesungguhnya pengakuan dan kesadaran penyaksian Tuhan itu sudah sejak
manusia berada di’alam Ruuh, oleh karena itu tiap manusia sebenarnya didalam
batnn kesadarannya ada mendengar pertanyaan sebagaimana firman Allah ta’ala :
Alastu birobbikum, qoluu balaa syahidna ( al a’raf
- 172 )
Artnya : bukankah aku ini Tuhanmu ? mereka menjawab : bahkan ,
sebenarnyalah (Engkau tuhan kami) kami
menyaksi.
Artianpun menunjukkan, bahwa
sebenarnya manusia itu mempunyai Naluri bertuhan, akan tetapi naluri bertuhan
yang terdapat menurut kejadian dalam diri setiap orang beroleh jadi akan hilang
lenyap apabila tidak dipupuk dan dipelihara selalu apalagi manakala sengaja
dihilangkan atau dimatikan dengan jalan melepaskan diri dari pengaruh
keruhanian dan rasa ketuhanan karena tetarik diri kepada pengaruh2 keduniaan /
kebandaan sehingga menjadi sikap hidup menjauhi agama.
Apabila pengaruh / keduniaan / kebandaan sudah menguasai sikaf hidup
manusia ruhani maupun jasmani, tentulah manusia itu secara siri sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan hidupnya
tiada lagi memperdulikan “ Hala Haram “ karena dorongan hawanfsu belaka , asal
tercapai maksidnya , lalu merajalelalah segala bentuk kema’shiatan – kejahatan
– pencurian – perampokan – kecurangan – pelacuran – pembunuhan – dan segala
rupa perbuatan-perbuatan keji lainnya membelunggu jiwa kemanusiaan serta
m3njerumuskannya kedalam jurang kealfaan – Kegelapan
– Kesusahan – Kekecewaan , yang
mensuburkan kezholiman dan aniaya diberbagai bidang, sampaisampai sedemikian
meratanya perbuatan-perbuatan kotor itu sehingga berangsur-sngsur tidak lagi
dipandang sebagai perbuatan hina atau dosa : Rusaklah kehidupan manusia .
Oleh karena itu kalau suatu masyarakat hendak diperbaiki mestilah
terlebih dahulu Ruhani manusialah yang terutama dibangun dan dibina, karena
Ruhanilah yang menguasai jasmani dalam segala perbuatannya.
Untuk pilihan banding mari kita perhatikan :
1.
Kebandaan
membawa kepada lupa dan anti tuhan, sedangkan keruhanian membawa kepada Ingat
dan cinta tuhan.
2.
Kebandaan
membawa pitnahan dan penghianatan, sedangkan Keruhanian membawa kepada
keikhlasan dan kesyukuran.
3.
Kebandaan
membawa permusuhan dan kebencian, sedangkan Keruhanian membawa perdamaian dan
kecintaan / kasih sayang.
4.
Kebandaan
membawa kezholiman dan kecurangan, sedangkan keruhanian membawa ke’adilan dan
kejujuran.
5.
Kebandaan
bershifat merusak dan meruntuhkan, sedangkan keruhanian bershifat memperbaiki
dan membangun.
6.
Kebandaan
membawa kepincangan hidup dan penderitaan, sedangkan keruhanian membawa
kehidupan merata dan kesejahteraan.
Oleh
karena itu tiliklah, bahwasanya Nabi besar Muhammad SAW. Dalam memulai
pembangunan dan penyebaran Islam selalu bersandikan dengan hidup keruhanian,
Ilmu
keruhanian itu adalah kunci untuk Ma’rifatullah (mengenal tuhan) sebagaimana
berkata Imam Ghazali : bahwa ilmu keruhanian dengan shifat-shifatnya itulah
merupakan kunci (Kaidah) mengenal tuhan.
Bahwasanya
Nabi besar Muhammad SAW. Hidup sebagai seorang shufi dikala sebelum dan sesudah
menjadi Rasul : beliau menyukai menyendiri tafakur dan berkholawat di (Ghuha hira).disitulah beliau melatih
diri dan mengasih jiwa bermujahadah, memperhatikan keadaan alam dan susunannya
dan memperhatikan segala-galanya dengan mata hatinya yang dengan demikian maka
pandangan lahir dan bathin menjadi sangat bersih dan suci, sekalipun betul
junjunan kita Muhammad SAW. Itu adalah juga manusia seperti kita juga, tetapi
qolbu beliau sangat istimewa suci bersihnya sehingga dapat lekas menerima dan
merasa apa-apa yang bershifat suci karena itu maka layaqlah beliau menerima (Wahyu) dari Allah yang Maha Suci.
Firman
Allah ta’ala :
Wakadzalika
auhaina ruuhan min amrina makunta tadri malkitabu walal imanu walakin ja’alnahu
nuuron nahdibihi mannastaau min ‘abadina, wainnaka latahdii ilaa sshiroyhim
mustaqiim ( surat
asyara – 53 )
Artinya
: dan demikianlah kami wahyukan kepadamu (Muhammad) wahyu (Ruuh) dengan
perintah kami, sebelumnya kamu tiadalah mengetahui apakah alkitab / Qur’an dan
tidak pula mengetahui apakah Iman itu, akan tetapi kami jadikan Al-Qur’an itu
cahya yang kami beri petunjuk dengan dia siapa saja yang kami kehendaki
diantara hamba-hamba kami, dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.
Bersambung ke_1_B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar