MUROKOBATU – MASYAHADATU
Kata ahli tashauf
: kaannallaha walaa syaiia ma’ahu
wahuwal aana ‘alaa maa’alaihi kana
Artinya : adalah
Allah tiada suatupun bersamanya yaitu Allah terhadap keadaan bahwa terjadinya
keadaan yang demikian itu adalah bagi seorang yang telah tahqiq benar-benar
dalam maqom fana, tidak ada pandangan melainkan hanya pandangan akan Allah yang
Maha Esa belaka, maka terjadilah masyahadah, karena wujud haqiqi kekal bagi
Allah semata-mata, lenyap wujud lain pada dzat-Nya, sebenarnya masyahadah itu
biasanya dapat tercapai dengan mujahadah
sungguh-sungguh ber’amal.
Perihal
Tasyauf Menggariskan:
Man
jayyana zhohirohu bilmujahadati hasanallahu saroirohu
bilmusyahadati,
Artinya : barang
siapa menghiasi lahirnya dengan mujahadah (kesungguhan) niscaya
Allah memperbaiki SIR / hatinya dengan masyahadah dan lagi
Al’musyhadtu
Hudhurul Haqqi,
Artinya : masyahadah
itu adalah kehadiran kepada Allah maksudnya
: tingkat masyahadah ini di dahului dengan almukhadhoroh ( kehadiran
hati ) beserta Allah. Hudhurul qolbi Artinya : menanjak lagi ketingkat Almukasyafah
Artinya : terbuka rahasia . yaitu Lamahjuuba ‘Anna’til ghoibi : Artinya
: tiada tertutup dari shifat-shifat ghoib, setelah itu barulah seseorang dapat
mencapai tingkat Almusyahadah, yang menurut imam junaed rodiallahu anhum
ta’rifnya .
Almusyahadatu
Wujudul Haqqi Ma’a Fuqdanihi,
Artinya
: Al-musyahadah itu adalah nampaknya AL-HAQ ta’ala dimana alam perasaan
sudah tiada.
Kemudian dikatakan
juga : ammal musyahadatu fahiya kasyfa hijabil bilhissi ‘annuril qudsi
wakasyfaridaish shauni ‘ani kaoni faanta tusyahidu dzatahu fii ‘alami
‘alakutihi wahuwa yusyahiduka fii’alami mulki . anta tusyahidu rububiyyatahu
wahuwa yusyahidu ‘ubudiyyataka. Wamusyahadahu robbi lil ‘abdi hiya ikhothotu
ilmihi biahwalihi wasrorihi.
Artinya :
Al-musyahadah itu terbukanya Hijab alam
perasan dan pancaran nur yang Maha suci yaitu tersingkapnya Tabir peliharaan
alam wujud ketika itu engkau melihat Dzatullah dan alam malakutnya. dan Allah
pun melihat kamu dalam alam kekuasaan-Nya dan Allah pun melihat kamu dalamalam
kekuasaan-Nya engkau menyaksikan Rahasia ketuhanan-Nya dan Allah pun
menyaksikan kehambaanmu / pengabdianmu. Dan penyaksian tuhan terhadap hambanya
adalah meliputi ilmunya akan ikhwalnya dan
rahasia hatinya,
maksudnya : Allah Maha mengetahui atas segala yang diketahui oleh hambanya, pun
apa-apa yang diperbuat dan yang tergores dalam hati hambanya, bahwasanya
masyahadah itu pun dapat diperoleh
melalui PINTU YAKIN sebagai mana terkandung sabda Rasulullah s a
w
Muutuu Qoola Antamuutuu.
Artinya
: Rasakanlah mati sebelum engkau mati
Yang dimaksud dengan kata—MATI—dalam
pengartian ini ialah HIDUPNYA HATI, dan tiada sangat KEHIDUPAN HATI
melainkan dengan SANGAT MATINYA NAFSU, jadi arti MATI disini
adalah sangat MATI NAFSU, dan ini dengan merasakannya, sebagai mana
dikatakan oleh syekh abu ma’yam.
Man Lam Yamtu Lam Yarolhaq.
Artinya
: barang siapa merasai mati niscaya ia tidak dapat melihat / menyaksikan
masyahadah dengan Al-haqqu ta’ala .
Dan syekh abu ‘abas
berkata :
Layadhula‘alaihi min baababni : min babil
fanail akbari wahuwal maututhobi’iyyu. Wamin babil fana illahi tu’nihi
hadzihits thoifatu,
Artinya : tiada masuk
masyahadah dengan Allah kecuali melalui DUA PINTU salahsatu dari pintu
itu adalah pintu PANAUL AKBAR yaitulah pintu MATI THOBI’I dan
daripada pintu FANA yang mengenakan menurut pengertian ahli tashauf.
Ketahuilah jalan untuk
sampai kepada MASYAHADAH dengan Allah dengan cara melalui PINTU MATI
dalam pengertian MATINYA NAFSU untuk HIDUPNYA HATI dapat ditempuh
pada empat tingkat
( 1 ) MATI THOBO’II ( 2 ) MATI MA’NAWII
( 3 ) MATI SURI ( 4 )
MATI HISSII
Mati Thobi’ii
Adapun MATI THOBI’I menurut ahli – ahli thoreqat terjadi
dengan kaunia Allah pada sangatseorang mujahada menjalankan DZIKIR
lathoif dalam lathifatul QOLBI, dan MATI THOBI’I ini merupakan
pintu pertama bagi MUSYAHADAH dengan Allah maka dengan limpah karunia
Allah dia FANA / lenyap pendengarannya, yang dhohir karena nyaringnya
telinga BATHIN mendengar kalimatul ‘ulya –Allah – Allah – Allah pada
tingkat ini DZIKIR QOLBU dimulai
dengan HATI berdzikir kemudian
menjalar kesegala INDRA serta jalan / bergerak dengan sendirinya lalu ALAM
PERASAAN mulai HILANG itulah MATI THOBI’I, maka pada sangat – sangat seperti itu AQAL
PIKIRAN mulai tidak berjalan lagi melainkan terjadilah sebagai ILHAM
yang tiba-tiba NUR ILAHI terbit dalam HATI, muhadhoroh hati
beserta Allah, maka telinga BATHINNYA mendengar.
Innanii annallahu lailaha illa anaa
Artinya : dalam tanjakan
– tanjakan bathin inilah seorang selaku yang mujahadah itulah memulai masuk
pada PINTU FANA yang pertama yang disebut sebagai
Fanau fiil af’al . dan . tajallai fiil af’al.
Dimana
gerak dan diam itu adalah pada Allah.
Qauluhu: Laa faa ‘ila Illallah
Tiada
yang berbuat gerak dan diam hanyalah
Allah
Mati Ma’nawii.:
Menurut setengah dari pada
ahli thoreqat, bahwa MATI MA’NAWI ini terjadi dengan karunia Allah
ta’ala pada saat seorang mujahada melakukan DZIKIR didalam LATHIFATUR
RUH, digambarkan pula bahwa terjadinya itu sebagai ILHAM yang
tiba-tiba NUR ILAHI terbit dalam HATI yang ketika itu penglihatan
secara lahir lenyap.
Terganti MATA BATHIN
yang menguasai penglihatan DZIKRULLAH sudah pada tingkat ini semakin
meresap terus pada diri yang mana DZKIR sudah menjalar hawanya di
sekujur tubuh.
Termasuk segala bulu roma serentak BERDZIKIR,
shifat-shifat keinsanan telah lebur diliputi shifat ketuhanan, maka mujahada
tersebut telah memasuki FANAU yang kedua yang dinamakan: FANAU FIISH
SHIFATI, shifat kebaharuan dan kekurangan serta alam perasaan lenyap / fana
dan yang tinggal adalah shifat TUHAN yang maha sempurna lagi ajali.
Mati suri
BAHWA MATI SURI
ini terjadi dengan karunia Allah ta’ala pada saat seorang mujahada melakukan
Dzikir didalam lathifatussir pada Dzikir lathoif, maka pada tingkat ketiga ini
dia telah masuk PINTU MASYAHADAH dengan Allah dan ketika itu segala
keinsanan LENYAP PANA dengan lain perkataan alam wujud gelap dan (ghulmatu)
telah ditelan alam ghoib (alam malakut)
yang penuh dengan nur cahya serta yang BAQO adalah NURULLAH
semata-mata.
nur af’alullah – nur shifatullah – dan nur dzarullah,- nurun ‘ala
nuriin, -firman Allah ta’ala : nurun ‘alanuril yahdillahu linurihi may-yasya
(annur 35)
Artinya : Di cahya diatas
cahya Allah melimpahkan karunianya dengan NUR-NYA kepada siapa-siapa
yang dikehendakinya (laa mahmuda illallah) tiada yang terpuji melainkan
Allah.
Mati Hissii:
Bahwasanya
MATI HISSI terjadi dengan karunia Allah jua pada saat seorang mujahada melakukan Dzikir Lathofatul Khofi pada dzikir lathoif,
yang pada tingkat keempat ini dia telah sampai ketingakat yang lebih tinggi
bagai mencapai maqom MA’RIFAT maka LENYAPLAH / PANA segala shifat
– shifat KEINSANAN yang muhaddats (Baru) terganti shifat-shifat TUHAN
yang QODIM AJALI ketika itu
menanjaklah BATHIN keinsanan lebur kedalam KEBAQOAN ALLAH yang
qodim, manunggal abadi dan MA’BUD dan yang bersangkutan lantas mengalami
yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinganya,
tidak pernah terlintas dalam hati sanubari manusia, tak dapat dishifatkan, akan
tetapi yang bersangkutan mengerti sendirinya. Untuk mencapai keadaan seperti
musyahadah seperti tersebut diatas adalah dengan mujahadah, karena siapa-siapa
menghiasi dirinya DZOHIRNYA dengan mujahadah niscaya Allah mempernaikkan
sirnya / hatinya dengan masyahada MANLAM YADUQ LAM YA’RIF artinya : siapa-siapa
yang belum merasai tentu ia belum mengenalinya.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar