Mata
jasad = Mata hati = Mata nyawa,
Maka mereka berkata :
Allah dapat dilihat baik dengan Mata terbuka maupun dengan Mata dipejamkan dikala Berdiri atau Duduk atau Berbaring
Perhatikan beberapa hadits
diantaranya :
‘Anibni abbsin qola : Kama roa muhammadun robbahu .
Artinya : dari pada ini abbas berkata : Nabi muhammad
melihat tuhan.
Wakanal khasanu yahlifu
billahilladzi lailaha illa hwua laqod roa muhammadun robbahu.
Artinya : dan adalah hasan mengangkat sumpah demi Allah
yang tida tuhan melainkan dia, sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w. telah
melihat Tuhan. berdasarkan hadit tersebut.
wa ila hadza idzahabasy syaikhuna abulkhasanil
as’ari wajama’atun min ashhabihi .anna Muhammadan .s.a.w Roallahu bibashorihi wa’Aina ro’sihi .
Artinya : dan kepada hadits tersebut telah menjadi
pegangan shekh abu hasan ‘asy’ari dan jama’ah dari pada shohabatnya bahwa sesungguhnya
Nabi Muhammad.s.a.w. itu telah melihat
Allah dengan penglihatan
jiwanya dan penglihatan
kedua mata kepalanya.
Selanjutnya
shekh kurtubi berkata :
Idzru’tuhu ta’ala fiddunya jaezatun ‘aqlan. idzlaolam
jaezatunlakan sualu musa mustajilan wamuhalun anyajhala nabiyyu mayajuzu
‘alallahi wama layajizu ballam yas alun illa jaizu ghoiro musta’iin
Artinya : sesungguhnya tentang seolah-olah
melihat tuhan dudunia adalah (jaiz)
wenang / boleh diterima oleh aqal karena sekiranya tidak boleh maka
sesungguhnya permintaan Nabiyyullah Musa a.s. untuk melihat tuhan itu
mustahil dan adalah mustahil bahwa sesungguhnya Nabi mengetahui apa-apa
yang boleh / Jaiz
: bahkan tentunya Nabiyullahu Musa a.s. tidak akan memintai
kepada Allah kecuali apa-apa yang boleh Jaiz bukannya yang Mustahil.
Pon ibnu qosim berkata : Inna suala
musa ru’yata yadullu ‘ala
imkaniha annal ‘aqili fadhlun ‘aninnabiyyi
layatlubal mahala.
Artinya : bahwa sesungguhnya perintah Nabi Musa untuk Melihat
Allah itu menunjukan akan
mungkinnya hal yang demikian
itu, karena sesungguhnya siapapun
orang yang ber’aqal
terlebih2 ini salaseorang Nabiyullah tidak akan memintai hal-hal yang mustahil.
Kemudian saidina shekh ‘abdul kariim aljaelani
memberikan penafsiran atas firman Allah yang berbunyi :
bismillahirrohmanirrohiim . Lan Taroonii
Artinya : tiadalah engkau dapat melihat Aku
wahai Musa ( al’araf 43 )
Dengan penafsiran seolah-olah firman
itu maksudnya :
Yaa musa liannaka innakunta maujudan faanna mafquudun
‘anka wain wajadtani faanta mafquudun haditsi anyasbuta ‘inda zhuhuril qodiim
Artinya : wahai Musa.
Selama engkau dalam wujud keinsananmu
maka Aku
(Allah) tiada dari padamu. dan
manakala Kamu dapati Aku (Allah)
maka ketika itu Kamu tiada, dan tiada
mungkin bagi yang baru
tetap adanya ketika terbitnya Maha
qodiim.
Dan adalah diriwayatkan dari pada Jabiribni ‘abdillahi aljabli, katanya :
Kunna
julusan ‘indannabiyyi s.a.w. fanadhoro ilal qomari lailata arba’ata yasyaro
faqola : innakum sataruuna robbakum ‘ayanan kama
tarona hadza.
Artinya
: kami sedang duduk bersama Rasulullah .s.a.w maka ketika itu beliau melihat
kearah bulan purnama empat belas suro beliau bersabda : bahwa sesungguhnya kamu
sekalian akan melihat tuhan secara kenyataan sebagai mana yang engkau lihat ini bulan
furnama.
Dan lagi
diriwayatkan dari a‘dibni haatim, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda.
Maminkum min
akhadin illa sayukalimuhu robbuhu laisa bainahu wabainahu tarjumaanu wala
hijabun wahjubuhu,
Artinya
: tiada seorangpun dari kamu melainkan akan berkata-kata dengan tuhan dalam
keadaan tiada batas antara dirinya dengan tuhan sebagai penterjemah dan tiada
pula hijab / tabir yang menutupinya,
Maka ibnu tamiyah menetapkan kesimpulannya
dal;am bentuk qoidah :
Wamin haisun nadhoru anna kulla
maujudin yashihun anyuro.
Artinya
: dan dari hal persoalan melihat sesungguhnya tiap-tiap yang maijud adalah Shah
dilihat berdasarkan qoidah ini apalagi Allah adalah (Dzat
wajibil wujud) adanya wajib, wajib iman adanya, dengan sendirinya
memberi kemungkinan akan dapat dilihat. Allah itu Dzat yang Maha Besar tiada
yang menyerupai dalam kemahaesaan maka mustahil kenyataan dzatnya dan ditutupi
oleh suatu hijab karena segala macam hijab itu hanyalah makhluq belaka,
Karena berkata ahli-ahli shufi Allah itu maha
nampak yang menampakan segala sesuatu yang ternampak, sebagai mana digariskan
oleh syekh ahmad bin muhammad al-iskandar didalam kitabnya Al-hakiim
Kaifa yatashowwaru an yahjibuhu syaiun wahuwa
wahidulladzi laisa ma’ahu syaiin
Artinya
: bagaimana mungkin akan dihijab oleh
sesuatu padahal Dzat Allah adalah
Esa(tunggal) dan tidak ada besertanya dari segala sesuatu
apapun.
Kaefa yatashowwaru
an yahjubuhu syaiin
wahuwa adhiru min
kulli syaiin.
Artinya
: bagaimana mungkin dihijab
oleh sesuatu padahal Dzat
Allah itu justru lebih jelas nampak termbanding segala sesuatu,
bismllahirrohmanirrohiim : Wahuwalladzi zhoharu bikulli syaii
Artinya
: dan Dzat Allah yang nampak nyata / pada segala sesuatu. Maka dengan kefahaman
inilah qaom ahli tashauf senantiasa dirinya beserta Allah,
karena mengenal Allah – melihat Allah – mencintai Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar