Takhallii = Menyinari Hati Dengan shifat-shifat yang
terpuji
Firman
Allah subhanahu wata’ala : innallah ya-a
muruna bil’adli wal-ikhsani wal-itaa-i dzilqurba wayanhaa ‘anilfahsyaa-i
walmunkari walbaghyi, ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna ( annahel-90)
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada qaum kerabat (hidup kekeluargaan), dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan, dia memberi pengajaran (akhlaq) kepada kamu
agar kamu dapat mengambil perhatian,
Setelah kita melakukan membersihkan hati (takhalli) mestilah disertakan pula
penyinaran hati, agar hati yang kotor dan gelap itu menjadi terlebih suci dan
terang cemerlang karena hati yang demikianlah yang dapat menerima pancaran nuur
ketuhanan, maka penyinaran hati ialah mengisi hati dengan segala shifat-shifat
mahmudah (yang terpuji), mensuburkan
terutama kesaaran dan sema’at : taubat (menyesali diri dari perbuatan tercela, lagi
selalu menahan diri untuk tidak bershifat dan berbuat yang tercela), khaf dan taqwa takut kepada Allah, maka karena takutnya
bukankah menjauhi Allah akan tetapi karena takut dan taqwanya maka mendekat
berhampiri diri kepada Allah dengan menggemarkan ‘ibadat dan ‘amal-‘qamal sunat
setelah yang fardhu ditunaikan syukur senantiasa berterima kasih atas hidup dan
kehidupan ini selaku nikmat pemberian Allah dari kasih sayangnya Allah belaka,
maka jiwanya selalu rela dan (ikhlash)
–tulus hati, senantiasa ridha atas segala qadha Allah ta’ala, shabar an
tawakal=tahan diri dari kesukaran dan kesakitan semata-mata menggantungkan diri
kepada ridha Allah ta’ala, …mulazamatudz-dzikrillah….berlajim
selalu mengingat Allah sehingga timbul : (mahabbah)
cinta akan Allah semata-mata dan sadar dengan (dzikrul maut) mengingati akan mati, maka hidupnya pun menjadi (zuhud) yakni apa adanya tidak
berlebihan maka tenang,
Maka insan yang telah sampai dihiasi jiwanya dengan
shifat-shifat terpuji tersebut menjadilah manusia (wara’) yang suci dan (ikhlash
) hati dan niatnya alam menjalankan ‘ibadah kepaa Allah, ikhlash dalam
mengabdi melayani masyarakat tanpa pamrih, ikhlash bekerja untuk kepentingan (agama), negara dan bangsa, rela
memberikan pertolongan dan bantuan kepada siapapun yang memerlukan, ikhlash
berbuat baik, memelihara keluarga-anak dan istri bahkan lain orang, seluruh
hidupnya direlakan untuk Allah karena Allah, manusia yang sudah seperti itulah
dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Syare’at :
adapun melaksanakan syare’at itu diartikan sebagai memenuhi ‘amal (badaniah ) daripada segala hukum-hukum
:
Shalat,
Zakat,
Puasa,
Haji,
Yakni
segala perbuatan yang bersumber dari Al-Quran dan sunah, firman Allah subhanahu
wata’ala :
Likulli ja’alna
minkum syir’atan waminhaajaa,(alma-idah-28). Artinya : untuk tiap-tiap umat diantara kamu (umat nabi Muhammadsaw, dan umat-umat sebelumnya) kami berikan (Syare’at) dan jalan (Threqat) yang terang, maksud utama
syare’at ialah membangun kehidupan manusia atas dasar (amar ma’ruf nahii munkar).
Syare’at membagi (ma’ruf) dalam tiga hukum :
1. Fardhu atau wajib,
2. Sunah,
3. Mubah
(harus/wenang,munkarat atas dua :
1. Haram,
2. Makruh,
Petunjuk-petunjuk itu memberi pegangan yang kuat bagi
setiap manusia untuk dapat pengertian dalam membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah yang mana petunjuk-petunjuk itu
mengikat manusia sebagai kendali segala sikap hidup.
Perihal ahli shufiyah melihat, bahwa syare’at itu adalah
peraturan-peraturan dan untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan itu diperlukan perbuatan
dan istilah thareqat, yang apabila thareqat itu sudah dapat dikuasai lahirlah (Haqeqat) yaitu kenyataan perbaikan
keadaan dan ihwal menuju pada (Ma’rifat) yaitulah : mengenal Allah (Al-Khaliq)
yang bershifat engan segala shifat kesempurnaan dalam arti yang sebenar-benarnya,
kesimpulannya ialah : syare’at ialah pengenalan perintah dan peraturan dan (Haqeqat) ialah pengenalan yang memberi perintah dan peraturan, maka
tidak dapat tidak menuntut (I’lmu Ma’rifatullah)
berlaku padanya penegakkan2 dimulai tingkat demi tingkat yang disebut maqam. Dalam
membicarakan yang ma’rifat dan yang munkarat, qaum threqat lebih suka
membagikan dua saja : yang terpuji dan yang tercela, seumpama apa yang sunah2
itu terpuji maka kerjakanlah tanpa memandang besar kecilnya pahala cukup karena
memandang Allah yang maha rahman rahiim.
Maka sebelum kita lanjutkan penghiasan itu dan
penghiasannya dengan dzikirullah sebagaimana dimaksud dengan (Takhalli), marilah kita bicarakan
dahulu perbaikan segi-segi (Akhlaq)
menurut peraturan (Syare’at) yang
mesti kita patuhi agar dapt meningkat pada perbaikan (Akhlaq) hati yang orang sebut juga sebagai (Budi),
1.
Shilaturrahmi : man ahabba
anyubsathalahu fii rizqihi wayansa-alahu fii atsirihi falyashil
rahimahu.(rawahul bukhari muslim ‘an anas),
artinya : barang siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya,
hendaklah ia menyukai shilaturahmi (menyambung kekeluargaan).
2.
Menengok orang sakit : ‘a-idul mariidhi yamtsi fii mikhrafatil
jannata hatta yarji’u (rawahu muslim ‘an tsauban), artinya : barangsiapa
yang menjenguk orang yang sakit dia berada didalam kebun syurga sehingga dia
kembali.
3.
orang yang utama : inna
aulannasi man bada-a bissalami (rawahu ahmad ‘an abii hurairah), artinya : sesungguhnya manusia yang utama ialah orang yang
mendahului memberi.
4.
Menebarkan salam : idza laqia ahadukum akhahu falyusallim
‘alaihi fainhalat bainahuma syajaratun aujidarun auhajarun tsumma laqiahu
falyusallim ‘alaihi (rawahu abu daud ‘an abii hurairah), artinya : apabila engkau
bertemu dengan saudaramu sampaikan salam kepadanya, apabila terhalang oleh
pohon atau dinding atau batu kemudian bertemu, berikanlah salam kepadanya.
5.
Berbuat baik kepada orang tua : yaa rasulullahi,
hal baqia min birra bawayya syai-un aburruhuma bihi ba’da mutihima? Qala :
na’am, ash-shalatu ‘alaihima, wal-istighfaru lahuma, wainfadzu ‘ahdi hima min
ba’di hima washilaturrahimillati laatushalu illabihima, waikramu shadiiqihima
(rawahu abu daud ‘an abi asaid), artinya : bertanya shahabat : wahai
rasulullah, apakah saya masih tetap dapat berbuat suatu kebaikan kepaa orang
tua saya sudah keduanya meninggal dunia? Nabi saw, menjawab : masih ada, ialah
memohonkan rahmat bagi keduanya-memohonkan ampunan bagi keduanya-mentunaikan
segala janjinya, bershilaturahmi kepada orang yang tidak apat dihubungi kecuali
dengan keduanya (maksudnya : qarib qerabat dari kedua orang tua) dan menghormat
kepada kawan dekatnya.
6.
Amal yang paling disukai oleh Allah : sa-altu rasulullahi
saw, ayyul’amali ahabbu ilallahi? Qala : ash-shalatu ‘alaa waqtiha qultu :
tsumma ayyun? Qala : birrulwaliaini, qultu : tsumma ayyun ? qala : alhijadu fii
sabiilillahi (rawahu bukhari muslim ‘an abi ma’ud), atinya : saya bertanya
kepada rasulullah saw, perbuatan apakah yang lebih disukai Allah? Jawab
rasulullah : berbuat baik kepada kedua orang tuamu, saya bertanya lagi :
kemudian apa lagi? Beliau menjawab : berjihad dijalan Allah.
7.
Berjihat tangan : tashafahuu, yadzhabilghillu ‘an quluubikum
(rawahu baihaqi ‘an ibnu ‘abas), atinya : berjihat tanganlah kamu sekalian,
yang demikian itu dapat menghilangkan dendam dihatimu. Maksudnya : dalam hidup
bermasyarakat yang dapat manusia tidak dapat menghindarkan diri dari sesuatu
yang dapat menyinggung atau menyakitkan hati perasaan orang lain, agar ahwah
tetap baik dan hubungan tetap lancar, selalu caranya ialah berjihat
tangan-tangan dari tangan bertemu tangan diharap sampai di hati bertemu hati,
agar hidup kerahmatan tetap tegak.
8.
Orang yang beruntung :
innalladziina bada ghariban wayarji’u ghariban, fathubaa lilghuraba-illadziina
yushlihuuna maafsadannasu min ba’dii min sunnati (rawahu tarmidzi ‘an zaid), artinya : sesungguhnya agama islam itu datang engan asiing
dan akan kembali asiing, beruntunglah orang-orang yang pada waktu asiing itu
memperbaiki sunnahku sepeninggalku (tetap
berpegang dan memperjuangkan).
9.
Jaminan syurga : manyyadhman lii mabaina lahyaihi wamabaina
rijlaihi adhman lahuljannata (rawahu bukhari muslim ‘ansahal bin sa’ad),
artinya : barangsiapa menjamin kepadaku (bahwa dia) akan menjaga apa yang berada antara (rahang),
dan menjaga apa yang ada di antara kedua (kaki),
aku jamin bagi orang maksudnya : dijamin syurga yaitu orang-orang yang menjaga (mulutnya) dari berkata yang (haram)
dan yang (tercela) atau juga yang menjaga diri (makan minum) yang haram atau berlebihan dan yang kedua…mereka yang
menjaga (kemaluannya) dari perbuatan (zina)
dan nafsu yang tidak puas.
10.
Enam jaminan syurga lagi : adhminuulii sitta adhman lakuml
jannata : ashdiquu idza hadzatstum, wa-aufu idza wa’adtum wa-adduu idza
utimtum, wahfazhuu furujakum, waghudh-dhuu absharakum, wakuffuu aidiyakum
(rawahu ahmad ‘an ‘ubadah bin shamit), atinya : hendaklah kalian menjamin
kepadaku enam perkara, niscaya aku menjamin bagi kalian : syurga, ialah :
jujurlah bila bicara, tepatilah bila berjanji, tunaikanlah bila diminta, jagalah
kehormatanmu, jangan pandanganmu, kendalikan tanganmu,
11.
Jangan menganiaya orang : ittaquu da’watal mazhluumi walaukana kafiran,
fainnaha laisa duunahaa hijabun (rawahuahmad ‘an anas), artinya : jagalah dirimu dari du’a orang-orang yang (di zhalimi) meskipun ia orang yang
kafir, karena du’anya orang-orang yang di zhalimi itu tidak ada yang
menghalangi (tetap di qabulkan Allah).
12.
Tiga macam perbuatan
yang terpuji : jalisuululkubaraa-a, wasa-iluul’ulamaa-a, wakhalithul hukamaa-a (rawahu
thabrani ‘an ibn jahifah), artinya : duduklah bersama orang-orang ahli
huklum (ahli pengetahuan ‘umum). Orang besar disini maksudnya : orang yang
berjiwa besar.
13.
Yang dinilai Allah : innallaha layanzhuru ilaa shuarikum
wa-amwalikum walakin yanzhuru ilaa quluubikum wa-‘amalikum (rawahu muslim ‘an ibn
hurairah), artinya : sesungguhnya Allah tidak melihat / menilai rupamu dan
hartamu tetapi Allah hanya menilai kepada (hatimu)
dan perbuatanmu
14.
Syukur nikmat : attahaddutsu bini’matillahi syukrun
watarkuha kufrun, waman laayasykuril qaliila laa yasykuril kasyiira, waman
yasykurinnaasa laa yasykurillaha waljama’atu rahmatun walfurqatu ‘adzaabun
(rawahul baihaqi), artinya : membicarakan nikmat allah adalah termasuk
syukur dan meninggalkannya (tidak membicarakannya) termasuk (kufur), barangsiapa yang tidak
mensyukuri ni’mat yang sedikit berarti dia tidak dapat mensyukuri ni’mat yang
banyak, barangsiapa yang tidak mensyukuri manusia berarti dia tidak mensyukuri
Allah bersatu adalah rahmat dan bercerai adalah ‘adzab.
15.
Dua ni’mat yang sering dilupakan : ni’matanin maghbuunun
fiihima katsirum-minannaasi ash-shihatu walfaraghu (rawahulbuhari), artinya
: ada dua ni’mat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya ialah : (kesehatan dan
kesempatan),
16.
Orang yang sangat dicintai Allah : ahabbul’amali ilallahi antamuuta ahabballahu ta’ala ‘abdan
samhan idza ba’a wasamhan idzastaraa wasamhan idzaqadhaa wasamhan idzaqtadha (rawahul
baihaqi ‘an ibn hurairah), artinya : ‘amal
yang sangat dicintai Allah ialah engkau mati sedang lisanmu basahkarena
berdzikir kepada allah, ahabbakum
ilallahi aqalukum thu’man wa-akhafukum badanan (rawahu dailami ‘an ibn ‘abas),
artinya : orang paling dicintai Allah ialah orang yang mudah bila
menjual, bila membeli ringan badannya.
Bersambung ke_5_B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar