Telah bersabda rasulullah :
Innal ‘ulamaa warotsatul anbiyaa
lam yuritsu dinaro wala
dihaman innama waritsul ‘ilmu
min akhodahu, akhodahu bikhodzin
wafirin ( rowahu bokhari muslim )
Artinya :
bahwasesungguhnya ( ‘Ulama ahli ‘ilmu orang yang
ber’ilmu ) itu mendapat waris
pusaka – pusaka dari pada para nabi, sedangkan para nabi itu tiadalah
menurunkan waris berupa ( Emas dan Perak ) hanya satu beliau sekalian mewariskan
‘ilmu-‘ilmu bagi orang yang mengambilnya yakni orang yang mempelajari dan
mengamalkan sebagian terbesar dari pada pusaka waris itu, masyhudnya : bahwa
orang yang mendapat waris itu ialah mereka ber’ilmu dengan Shah Islamnya
dan shah Ikhsannya. adapun dikata Haji Islamnya ialah orang yang
benar-benar menjalankan segala hukum syare’at Islam dan yang dikata shah Ikhsannya
ialah yang bathinnya sepenuhnya berpegang dengan Thoreqatnya yakni benar
mengikuti sunah Rasulullah .s .a .w. yang dinamakan ( Istiqomah )
dengan syare’at Alquran, sebagai mana ditegaskan diterangkan didalam firman Allah ta’ala
Laqod kana lakum fiirasulillahi huswatun hasanah liman kana
yarjullaha walyaumal akhiro dzakarullahukasyiron.
Artinya : sesungguhnya bagi kamu pada diri
Rasulullah itu suri tauladan yang baik ( ikatan
yang utama ) yaitu bagi
orang-orang yang mengharap Keridhoan Rahmatullah serta keselamatan dihari
kemudian yang mereka itu senantiasa pula mengingat Allah.
Dan firman Allah
: qul inkuntum tuhibbunallah fattabi’uni yuhbibkumullah
wayaghfirkum dzunubakum ( Alimran. 13 )
Artinya : katakanlah olehmu ( Muhammad
) jika kalian mencintai (Allah ) maka ikutilah daku ini niscaya kalian dikasihi Allah dan Allah
mengampuni dosa-dosa kalian.
Maka itu yang dapat menerima warits
pusaka dari pada rasulullah, ialah mereka yang benar-benar berakhlaq mencontoh
pada akhlaq Rasulullah yakni perilaku Tasyauf semata-mata ( telah kita uraikan pada bab-bab yang lalu ),
Tulus = Ikhlas. Karena mencintai Allah dan mengingat Allah terus menerus dalam segala
Hal keadaan, dengan perkataan ialah mereka yang bikan saja ahli didalam ilmu
dzohir bahkan pun ahli pula didalam ilmu bathin (
Ilmu Ma’rifat )
Menurut pendapat setengah dari pada ahli
Shufiyah manakala murid yang Shidiq (
menjalankan takholli – tahali ) dengan sebenarnya Ikhlas mengerjakan warid-warid Bathiniah, maka dia
dapat menerima empat fusaka sebagai warits dari Rasulullah .s .a .w. yakni fusaka Bathin, yaitu ada empat macam.
1 . Har
2 . Istighroq
3 . Natijah
4 . Bashith
Pertama
murid itu mendapat ( Har )
Artinya :
hangat dengan sebab mengerjakan dzikrullah
Kedua
: murid itu mendapat ( Istighroq )
Artinya :
karam dalam mengerjakan dzikrullah
Ketiga
: murid itu mendapat ( Natijah )
Artinya :
terbuka berbagai pandangan mata Hatinya didalam mengerjakan dzikrullah,
Keempat
: murid itu mendapat ( Basyith )
Artinya :
terhampiri pengenalan yang berkekalan dan senantiasa kekal didalam mengerjakan dzikrullah,
Telah berkata saidina syekh ‘Abdulqodir zaelani r.a Dzarrotun min’amalil qulub khairu kaam syalil jibali min ‘amalil jawarihi
Artinya : satu
butiran debu ‘amal hati itu terlebih baik dari pada seumpama segunung ‘amal
anggaota tubuh bangsa dhohir.
Perhatikanlah pula firman Allah :
Innama yuwafath-thobiruna ajrohum bighoiri hisab,
Artinya :
bahwasanya mereka yang shobar ( Amal hati ) disempurnakan pahalanya tampa terbilang besarnya.
dan telah berkata syekh ‘abdul wahab sya’roni
dengan mengutif dari pembicaraan syekh ibrohim almatlubi. Seorang waliyullah
yang besar dalam negri mesir yaitu :
Wa’kum : annahu layashinu
ila hadrotil lillahiyatil illa bidzikri
Artinya
: dan ketahuilah olehmu bahwasanya tiada
dapat sampai seseorang
sampai kekhadhirot tuhan
hanyalah / melainkan dengan berbanyak-banyak dzikrullah,
Bersambung ke_15_B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar