Penjelasan atas istilah – istilah adalah
sebagai berikut
1.
seorang mu’min
selama kegiatannya melaksanakan perintah-perintah Agama (takaliif )
baru dalam batas – batas
yang nampak Zhohir saja maka tingkat kegiatannya dinamakan Maqom Islam / Nuurul Islam.
2. manakala kegiatannya telah meningkat naik
menjadi ( A’malan Qolbu ) dengan riyadhoh dan mujahadah dengan kegiatan ( takholli ) dan takholli maka
tingkat kegiatannya itu dinamakan Maqom
Iman / atau Nuurul Iman
3. manakala kegiatannya meningkat lagi naik
menjadi (‘Amalan Ruuh) dan sirr
maka tingkat kegiatannya itu dinamakan Maqom Ikhsan / atau Nuurl
Ikhsan.
Tegasnya : (Nuurul Qolbu) itu disebut pula (Nuurul
Ma’nawi) yakni tidak terlindung
dan tidak terbenam, sebagai mana kata
ahli – ahli tashauf :
Innasy-syamsan nahari taghrobu bilaili,wasysyamsal
quluubi laisat taghibu
Artinya : sesungguhnya
Matahati terbenam diwaktu Petang dan sesungguhnya Sinar Cahya Hati
itu. tiada Kunjung menghilang .
Tiga Tingkatan Nuurul Qolbu.
1. Nuur yang menyingkapkan kita akan ma’rifat pada
wujudnya ciptaannya (Allah af’alnya
dan nuur seperti ini
bagaikan cahya Bintang yang memberi
petunjuk atas ciptaan Allah, maka Nuur tingkat ini dinamakan Nuurul Islam.
2.
Nuur yang menyingkapkan kita akan Ma’rifat
pada Shifatullah yang Maha sempurna lagi Maha agung, Maha suci dari
shifat kekurangan dan Nuur ini bagaikan Bulan maka
Nuur pada tingkat ini dinamakan Nuur Iman
sedang batas-batas cahya Nurnya ialah ketika
dalam keadaan (Fanau fishifat) dan yang
tersebut diatas tadi ketika dalam keadaan (Fanau Fil af’al)
3. Nuur yang
menyingkapkan kita akan Ma’rifat pada Dzatullah
dan ini bagaikan Matahari
maka Nuur pada tingkat ini dinamakan Nuurul Ikhsan dan batas-batas Nuur cahyanya ialah ketika dalam keadaan (Fanau Fidzdzat)
jelaslah bahwa uraian – uraian tersebut diatas Nuurul Qolbu – Nuurul Ruuh –
Nuurul Sirr serta tingkat-tingkatannya semuanya bersumber dari.
Firman Allah : Allahu Nuurussamawati Walard.
Artinya : Allah adalah Nuur cahya pada Langit dan Bumi ( Semesta alam )
NUURUL ILAAHII.
Adapun nuurrullahi atau
yang disebut juga ( Nuurul Robbiyah ) adalah pemberi sinar cahya dalam Bathin
manusia maka apabila Nuurul Ilahi hendak menampakan ketentuannya kepada
hambanya niscaya bercahyalah diatas muka / wajah manusia itu, maka jadi ketika
itu berkuasa Ruhaniyah manusia atas Bashoriyahnya berkuasa Bathinnya atas
Dzohirnya, sehingga tiada tertinggal lagi bekas – bekas Keinsanannya
Bashoriyahnya, lalu menjelmalah indrianya seluruhnya menjadi nuur cahya .
Dalam keadaan yang
demikian itu kadang – kadang fancaran shifat-shifat Ilahi : Wujud – Baqou – Mukhalafatul
lilhawaditsi – Wakhdaniyat . dan semua shifat-shifat Tuhan, baik shifat Nafsiyah
– Salbiyah – Ma’nawiyah, bercahya pada nyatanya kebashoriyahan yang
bershifat gelap gulita, maka dengan itu terbawa perubahan cipta sekali dimana
shifat-shifat kebaharuan dan (Muhadats)
keinsanan yang (Nafi) hilang
lenyap karena telah nampaknya shifat-shifat (Keqodiman) azali abadi dan
keilahian (Itsbat),
lalu bertempatlah Maqom Bathin keinsanan yang baru itu Maqom
Keqodiman (dalam kebaqoan Allah).
Oleh karena itu manakala
pada Manusia belum hilang lenyap shifat-shifat kebaharuannya maka bagi Manusia
demikian tidak mungkin melihat Masyahadah dengan Tuhan, karena shifat Qodim
dan shifat Baharu tidak bisa bersama-sama dalam keadaan yang sama
seperti umpamanya : Panas – dan
– Dingin : tidak bisa bersama-sama dalam keadaan yang sama dan inilah yang
dimaksud dengan firman Allah ta’la.
Latudrikuhul Abshooru.
Artinya : bahwa Allah
itu tiada dapat dengan penglihatan mata yang (Baru)
Jabatan fungsi Nuur itu adalah penerangan
dan pungsi Mata Hati itu adalah Hikmah
Melihat kebenaran yang haqiqi, sedangkan fungsi Qolbu adalah Tho’at atau inkar , patuh, atau melanggar,
Adapun Nuur cahya itulah yang menghantar Hati Kekhadhirot Allah yang Maha mengetahui segala
yang ghoib.
Firman Allah ta’ala : afaman syarohallahu shodrohul
islami fahuwa‘ala nuurin mirrobihi,
Artinya : barang siapa
yang diterangi oleh Allah akan Hatinya untuk Islam (Tho’at Zhohir dan
Tho’at Bathin) maka orang itulah mendapat pancaran Nuur cahya dari Tuhan.
Tingkatan-Tingkatan Nuur:
1. Mula2
nya Nuur yang datang itu disebut
: Nuur
kesadaran (Nuurul waridil
intibahu)
sebagaimana daripada fungsinya Nuur ini
ialah mengusir gelap kelalayan (Zhulmathul ghoflahti), yang dengan jalan
ini maka tampaklah Nuur kesadaran
(Nuurul yaqodhoti )
ketika itu matahari melihat kebenaran
yang haqiqi dengan nyatalah baginya shifat-shifat lali (Ghoflatun) dan nyata baiknya
shifat-shifat kesadaran (Yaqodhotun) hati tetkala itu serta merta senang
menerima shifat-shifat kesadaran pada mrngingat ( Dzikrullah ) dan
meninggalkan segala apa-apa yang membuat lali dari pada mengingat Allah,
Nuur pada tingkat ini disebut Nuur bagi
para pencari Allah ( Nuurul Tholibiin )
2 .
selanjutnya Nuur yang datang itu ialah yang dinamakan : Nuurkesiapan (Nuurul
waridil iqbalu) dan fungsinya
mengusir gelapnya kekaburan ( Zhulmatul aghyari ) dengan menampakan
sinar Ma’rifat yang mencurahkan sinar Rahasia (Bahjatul asrori )
maka ketika itu Matahati melihat kebenaran yang haqiqi dimana nyata (
Mudhorotnya ) alam yang berubah-rubah ini dan nyata pula indahnya alam (
Rahasia ) yang terang benderang, dengan jalan ini maka Hati dapat
menerima kenyataan – kenyataan apa-apa yang (Terahasia) serta pun
meninggalkan gelapnya apa-apa yang berubah-rubah yang masih kabur. Nuur pada
tingkat kedua ini dinamakan Nuur yang datang untuk orang-orang yang sedang
berjalan kepada Allah,
3.
selanjutnya menyusul Nuur yang datang itu Nuur yang
dinamakan sebagai Nuur kedatangan (Nuurul tholibiin) pungsinya ialah
mengusir gelapnya ‘alam cipta (Alqaonun)
ketika itulah tersingkap tabir penutup, sejurus kemudian menampaklah Nuur (Tajallinya)
yang Maha Pencipta, ketika itulah Hati dapat bermusyahadah
berpandang-pandangan dengan Allah karena Hati telah meninggalkan
perhatiannya kepada selain Allah. Nuur pada tingkat ketiga ini disebut Nuur
untuk para pendatang / penghadap
kekhadhirat Allah yang Maha Suci.
4. kiranya untuk dapat memudahkan kepahaman
atas masalah tersebut diatas ada baiknya
kita mengambil contoh perumpamaan misalnya : isi batu yang kita lihat
sepintas kilas seperti kaca batu. orang yang sama sekali tidak tau ( Haqeqat
) isi akan tidak percaya bahwa isi itu sebenarnya adalah air, tetapi bagi
orang yang penglihatannya sampai pada (
Haqeqatnya ) sumber bathinnya, tentu dia pun tau akan asal usulnya sebagai
serangkaian dengan Air dan berasal dari Air justru itulah, bahwasanya alam
cipta ini hanyalah bayangan belaka, maka selama
( Wujudnya ) sebagai bahan kasar maupun bahan halus sekali alam
cipta ini dapat dilihat dengan Mata kepala dan nampak, tetapi apabila ia kembali
kepada asalnya / Haqeqat ( Wujudiyahnya ) maka ia ( Terahasia ) .
Seolah – olah ciptaan
dan Maha Pencipta ( Makhuluq dan Kholiq ) adalah dua kenyataan
yang saling mengganapi / menghinggapi : tampa
Kholiq tak mungkin ada Makhluq, tetapi dua kenyataan itu padahal
didalam suatu ( Wujudullah jua )
yang Mutlaq,
Tiga : kita kembali membicarakan Nuur yang tiga
tingkat tadi yakni :
Nuurul Islam – Nuurul
– Iman – Nuurul Ikhsan .
1. Nuurul Islam mengusir
gelapnya kekapiran ( Zhulmatu kufri ) ketika itu menampak Nuur keimanan dan
Ketho’atan yang dengan jalan itu Matahati mampu melihat kebenaran yang Haqiqi
sehingga Hati menolak buruknya kekafiran dan kema’siatan dan menerima kenyataan
baiknya Nuurul Islam beserta Ketho’atan, maka Hati tunduk kepada Ketho’atan
yang dapat menghampirikan diri kepada Allah serta menghindari dari pada apa-apa
yang dapat menjauhkan diri ( melupakan ) pada Allah.
1.
Adapun Nuurul Iman mengusir gelapnya kemusyrikan (
Zhulmatusy-syikri ) pada ketika
Itu Matahati dapat
melihat kebenaran yang Haqiqi dengan menampaknya pancaran (Rasa Ikhlas),
dan menolak buruknya kemusyrikan yang gelap itu dan menerima serta menerangi
keindahan (Ikhlas) lalu tunduk (Ta’zhim
mentauhidkan Allah)
2.
Adapun Nuurul Ikhsan mengusir gelapnya kejahatan
menduakan Allah (Zhulmatussui) dan karenanya nampaklah(Nuur
Wujudullah) dan Matahati mampu melihat kebenaran yang Haqiqi dan sadar akan
(Mudhorotnya) kegelapan tanda-tanda bekas (Zhulmatul Itsmi)
dan menepa’ati kebaikannya Maha pembuat tanda-tanda bekas itu maka Hati dapat
menerima pancaran Ma’rifat serta lenyaplah segala – galanya apa-apa selain
Allah.
Adapun Nuurul Ilahi dapat juga disebut :
Nuuru - Syari’at – Nuur Thoreqat – Nuur Haqeqat
1 Adapun Nuur syare’at mengusir gelapnya kemalasan dan menghadirkan
( Nuur Bathin )
Kepada Allah, jauh dari
pada menuruti kepentingan diri dan (Hawa
Nafsu) mensuburkan perbaikan (Zhohiriyah) yakni : Taubat = Taqwa
= Istiqomah
2 Nuur
Thoreqat mengusir gelapnya kesamaan (Syirik) dan gelapnya Ma’syiat
dan kekotoran (Hati) yang membawa hasil dari Ilmu-Ilmu Ghoib,
sehingga Matahati lebih dapat melihat kebenaran yang Haqiqi serta
lebuh jelasnya buruknya kekotoran ( Hati ) dan betapa Indahnya
Kecucian kemurnian Hati, dapat menerima segala apa- apa yang wajib
mengenai perbaikan Hati / Jiwa dalam. usaha Takholli dan Taholi
yakni pada pokoknya mengutamakan : Ikhlash = Shidiq = Lurus =
dan damai serta tenang.takh
3. Adapun Nuur Haqeqat
mengusir gelapnya hijab ( Zhulmatul hijabi )
dan menampakan sinar indahnya Cinta kasih Allah maka nuur Haqeqat membangkitkan kemantapan. dibidang asrori
ghoni : Almuroqobatu (Berhampiri kepada Allah) Almusyahadatu(Berpandang–pandangan
serta Allah) dan Alma’rifatu( Mengenal Allah
dalam arti yang Haqiqi )
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar