1.
Shabar dan syukur : khashlatani min
kanata fiihi katabahullahu syakiran shabiran waman lam yakuuna fiihi lam
yaktubhullahu syakiran shabiran, man nazhara fii duunahu fahamidallaha ‘alaa
mafadh-dhalahu bihi ‘alaihi kataballahu syakiran shabiran, waman nazhara fii
diniihi ilaa man hua duunahu wanazhara fii dunyahu ilaa man hua fauqahu fa
asifa ‘alaa mafatahu minhu lam yaktubhullahu syaakiran walaa shabiran (rawahu
tarmidzi), artinya : ada dua shifat : barang siapa yang padanya terdapat
dua shifat itu berarti dia dicatat Allah menjadi orang yang bersyukur dan
shabar, barang siapa yang padanya tidak terdapat kedua shifat tersebut berarti
dia tidak dicatat sebagai orang yang bersyukur dan shabar, ialah orang yang
dalam masalah (agamanya) dia melihat kepadanya orang yang lebih tinggi (‘ilmu
dan ‘amalnya) kemudian mengikutinya dan dalam masalah keduniaan dia melihat
kepaanya orang yang lebih rendah
kemudian dia memuji kepaa Allah atas anugrah yang telah dilimpahkan
kepadanya maka Allah mencatatnya kedalam golongan orang-orang yang bersyukur
dan shabar , dan barang siapa yang dalam hal (agamanya) melihat kepada orang
yang dibawahnya dan dalam hal keduniaan melihat kepada orang yang di atasnya kemudian dia mengeluh atas sesuatu
yang tidak ia memilikinya, Allah tidak mencatatnya kedalam golongan orang-orang
yang bersyukur dan shabar.
Tau berterima kasih : inna
asykarannaasi lillahi tabaraka wata’alaa asykarahumlinnaasi,wafii riwayati :
laa yasykurullahu man laa yasykurunnaasa (rawahu tarmidzi waghairah), artinya : sesungguhnya manusia yang paling bersyukur kepada
Allah ialah orang yang paling berterimakasih kepaa sesama manusia, dalam suatu
itu : tidak termasuk berterimakasih kepada Allah bagi orang yang tidak tau
berterimakasih kepada manusia.
Kelebihan seorang alim :
‘alimu yafta’u bi’ilmihi khairun min alfi ‘abidin (rawahu dailami) , artinya :
seorang ‘alim yang ilmunya manfaat itu lebih baik dari pada seribu hamba
4.
Sampaikanlah ajaran rasulullah saw, : nazh-zhara llahum
ra-ata sami’a minnaa syai-an faballaghahu kama
sami’ahu farabbu muballaghin au’aa min sami-i (rawahu ahmad ‘an ibn mas’ud), artinya
: semoga Allah berkenan memberikan cahya yang berkilauan kepada seorang yang
mendengarkan ajaranku kemudian disampaikan kepada orang lain sebagaimana apa
yang didengarnya, banyak sekali orang yang diberi anjuran itu lebih faham
daripada yang mendengarnya sendiri.
5. Menunjukkan kebaikan : kullu
ma’ruufin shadaqatun, waddallu ‘alal khairi kafa ‘alaihi,wallahu yuhibbu ighatsatal
malhuufi (rawahu ……waibnu abi dunya),
artinya : tiap-tiap kebaikan adalah shadaqah, orang yang menunjukkan kebaikan
itu seperti orang yang memperbuatnya, allah senang menolong kepada orang yang
susah.
6.
Amar ma’ruf itu diperintah : innallaha ta’ala
laayu’adz-dzibul ‘ammata bi’amalil khashati hatta yarawulmunkara baina
zhuhranihim wahum qadiruuna ‘alaa anyutrakuuhu falayunkiruuna, faidza fa’aluu
dzalika ghadz-dzaballahul ‘ammata walkhsh-shata (rawahul baghawi fii syarah
sunnah), artinya : sesungguhnya Allah tidak meng’adzab orang yang banyak dari sebab perbuatan
seseorang tertentu sehingga kemunkaran kemunkarannya ditengah-tengah mereka,
padahal mereka mampuh untuk mencegah kemunkaran itu, tetapi mereka tidak mau
bertindak, bila sudah demikian, maka Allah meng’adzab (si) orang tertentu itu
dan orang banyak pula,
7.
Nahi munkar : man raa
minkum munkaran falyughayyiruhu biyadihi, fainlan yastathi’ fabmlisanihi, fainlam
yastathi’ faqlibihi wadzalika adh’aful imaana (rawahu muslim), artinya : barang
siapa diantara kamu sekalian melihat kemunkaran hendaklah ia merubahnya dengan
tangannya, apabila tidak mampuh maka hendaklah merubah dengan lisan, apabila
itupun tidak mampuh maka rubahlah dengan hatinya, dan yang demikian ini adalah
selemah pada iman.
8.
Jangan takut dicela karena berkata benar : ‘an abii dzarri radhiallahu ‘anhu, qala : aushalii
khaniinii shalallahu ‘alaihi wasallama bikhishalin minalkhairi aushanii anlaa
akhaafu fiillahi laumata la-imi, waushanii an afuula haqqa walaukana murran
(rawahu ibn hiban), artinya : abu dzar berkata : telah berwashiat junjunanku
saw, kepadaku tentang beberapa kebaikan, beliau berwashiat kepadaku agar saya
tidak takut akan dicela menjalankan perintah Allah dan agar saya berkata benar
meskipun pahit rasanya :
9.
Shifat yang menyelamatkan dan buruk : tsalatsun munjiatun
watsalatsun muhlikatun falmunjiatu : khasyatullahi fissirri wal’alaniyyati
walhukmu bil’adli warridha fiilghadhabi wal-istishadu fiilghinaa walfaqri,
walmuhlikatu syuhhun mutha’un wahuwan muttaba’un wa’ijabulmar’i bira’yihi
(rawahu ….), artinya : ada tiga shifat yang menyelamatkan an ada tiga
shifat yang merusak, tiga shifat yang menyelamatkan ialah : (1) takut kepada Allah dengan siir (rahasia) dan dengan kezhahiran (2) menghukum
dengan adil diwaktu senang maupun diwaktu (3) hidup
sederhana diwaktu lapang maupun diwaktu sempit, tiga shifat yang merusak ialah (1) kikir yang di ikuti (2) nafsu
yang patuhi (3) membanggakan diri
sendiri.
10.
Menghilangkan kesempitan orang lain : man naffasa ‘an
mukminin kurbatan min kurubiddunya, naffasallahu kurbatan min kurubi
yaumalqiyamati, wamayyassara ‘alaa mu’sirin, yassarallahu ‘alaihi fiddunya
wal-akhirati, wallahu fii’aunil’abdi makanal’abdu fii’auni akhiihi, waman
salaka thariqan yaltamisu fiihi ‘ilman, sahhalallahu lahu bihi thariqan
ilaaljannati, wamajtama’a qaumun fiibaitin min buyuutillahi yasluuna
kitaballahi wabatada rasuunahu bainahum illa nazalat ‘alaihimussakinatu
waghasiat humulrrahmatu wajaffat humulmalaikatu wadzakarahumullahu fiiman
‘indahu, waman abth-abihi ‘amaluhu lam yusri’bihi nasabuhu ( rawahu muslim),
artinya : barangsiapa menghilangkan kesempatan orang mukmindalam masalah dunia,
Allah akan menghilangkan kesempatannya besok dihari qiyamat, barang siapa
memudahkan orang yang sedang kesulitan, Allah akan memudahkan kepadanya didunia
dan akhirat, baang siapa menutupi ‘aib (malu/celanya) orang mukmin, Allah akan
menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat, Allah tetap menolong hambanya selama
hambanya sanggup menolong saudaranya, barang siapa menempuh jalan untuk
menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kesyurga, tidaklah
suatu jama’ah berkumpul dimesjid lalu membaca dan tadarus kitabullah al-quran
kecuali kepadanya turun ketenangan, penuh dengan rahmat, para malaikat
mengelilingi mereka dan Allah menyebut
serta memuji mereka dihadapan para malaikat yang berada dihadapan Allah, barang
siapa yang lambat ‘amalnya, nasibnya tidak dapat mempercepat.
11.
Hati-hati bergaul : arrajulu
‘alaa diini khaliilihi, falyanzhuur ahadukum man yukhaliluhu (rawahu tarmidzi
wa abu daud), artinya : seseorang itu
mengikuti agama kawannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada siapa seseorang
itu bergaul.
12.
Tiga golongan ahli syurga : ahluljannati tsalatsun: dzuushulthani muqsithun muwaffiqun,
waajulun rahimun raqibqulqalbi likulli dziiqurbaa wamuslimun, wa’afiifun
muta’afifun dzuu’iyalin (rawahu muslim ‘an ‘aishi jamarin), artinya : penghuni
syurga ada tiga golongan, ialah penguasa yang adil dan yang baik, orang yang
periang lagi lembut hatinya kepada setiap kerabat dan orang muslim, dan orang
yang menjauhkan diri dari kejahatan serta berusaha menghindari kejahatan lagi
pula berkeluarga (maksudnya berkeluarga : mempunyai kesadaran bermasyarakat).
13.
Berpegang kepada Al-quran : inna hadzal quran
safi’un musaffa’un manittaba’ahu qadatun ilaaljannati waman tarakahu au’aradhu
‘anhu zaja fii faqahu ilaannari (rawahu….’an jabar), artinya : sesungghunya
Al-quran ini adalah pemohon syafa’at yang diterima syafa’atnya, barang siapa
mengikutinya ia akan menghantarkan kesyurga dan barang siapa yang
meninggalkannya atau berpaling daripadanya maka ia melemparkan tengkuknya
keneraka.
14. Belajar dan mengajarkan al-quran : hairukum man ta’allamalqurana wa’allamahu (rawahu bukhari), artinya : sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al-quran dan mengajarkannya…membuat contoh…:
man sanna fiil islami
sunnatan falahu ajruha wa ajru man ‘amila biha ba’dahu min ghairi an yanqushu
min ujurihim syai-un, waman sanna fiil islami sunnatan sayyiatan kana ‘alaihi
wizruha wawizru man ‘amala biha min ma’dihi min ghiri an yunqusha min auzarihim
syai-in (rawahu muslim), artinya :
barangsiapa memulai membuat contoh baik-baik didalam islam, maka ia mendapat
pahala dan pahalanya orang yang mengamalkan sesudahnya tanpa dikurangi
pahalanya sedikit pun, barangsiapa memulai membuat contoh jelek didalam islam
maka dia mendapat dosa ditambah dosanya orang yang mengamalkan sesudahnya tanpa
dikurangi sedikit pun dosanya,
15.
Mempermainkan tuhan : atta-ibu
minadz-dzambi kaman ladzanbi lahu, walmustaghfiru minadz-dzanbi wahuwa muqiimun
‘alaihi kalmuntahzi-ibirabbihi (rawahu baihaqii), artinya : orang yang taubat dari dosa seperti orang yang
tak pernah melakukan dosa, orang yang minta ampunan atas dosanya, tetapi dia
tetap mengerjakan dosa adalah seperti ketahuilah maka memperbaiki (akhlaq)
zhahirnya baupun bathinnya membutuhkan kelanjutan kesucian hati, bersih dari
pada syirik dalam arti sebenar-benarnya-‘ibarat : mulai dari mengetahui Allah
wujud-meningkat pada mendakatkan diri kepada Allah-lalu mengenal
wujudullah-lalu tajalli dzat Allah- itulah : Iman-Tauhid-Ma’rifat-Islam.
Diriwayatkan, bahwa : qala ‘aliyyubnu abii thaalibi: qultu yarasuulullahi :
ayyuth-thariqati aqrabu ilallahi? Faqala rasuulullahi saw, : dzikrullahi,
artinya : berkata saidina ‘aliibnu abii thalib r.a, : wahai rasuulullah saw,
manakah thareqat yang sedekat-dekatnya mencapai tuhan? Yang dijawab oleh
rasulullah saw, (DZIKRULLAH)
mengingati Allah ,…….dan yang dimaksud dengan dzikrullah adalah (puji kepada Allah) dan adapun puji itu
pun ada tingkatan maqamnya, yaitu : puji tubuh-puji hati-puji nyawa-puji rahasia, yang akan kita bicarakan nsatu demi satunya pada bab-bab
selanjutnya, jadi kesimpulannya : (Takhallii)
adalah membersihkan hati dari segala shifat yang tercela-berperangai zhahir
bathin dengan segala shifat yang terpuji, agar berhasil menjalankan : segala
puji bagi Allah zhahir bathin-lalu kosong hati dari segala apapun selain
Allah-hanyalah Allah ahad semata-mata
zhahir bathin awwalnya akhirnya…………………………………………
Ada setengah daripada ahli thareqat berkata, (Takhallii) itulah taqwa yaitu : (taa)=taubat-(qaaa) = pana’atun = rela hati-(wawu) = wara’ = rendah hati (yaa) = yaqiin = pasti ………………………..tamat………….. wallahu ‘alam bishshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar