Rabathah
qubur.
Pertama
rabathah qubur itu disebut juga : dzikrulmauti (mengingati mati) yakni menjalankan perintah :…muutuu qabla an tamuutuu….(hadits) artinya : tasailah mati sebelum
kalian mati.
Secara ilmiah
seseorang akan lebih bersungguh-sungguh bertaubatmanakala dia tidak melupakan
bahwa dirinya akan mati dan akan dihidupkan pada perhitungan ‘amal baik buruk,
jasa dan dosa tidak ada yang terluput,
terbanding yang dengan taubat ashal begitu saja, terlebih-lebih orang
bertaubat sambil merasai mati tentu benar-benar taubatnya dapat sempurna.
Bagaimana
hukumnya menjalankan dzikrul maut atau rabathah qubur ini? Jawabannya
perhatikan oleh kita marad daripada firman allah ta’ala di dalam al-quranul karim….
innallahashthafa lakumuddiina fala
tamutunna illa wa-antum muslimuuna (al-baqarah-123)
Artinya :
sesungguhnya Allah telah memilihkan bagi kalian agama (islam) ini, maka bangunlah kamu mati kecuali dalam kedudukan (islam) yang benar-maka rahasia yang
kita ambil dari ayat ini adalah : boleh saja kalian tidak memerlukan merasai
mati (tidak dimestikan thareqat dengan kifayah rabathah qubur atau dzikrul
maut) hanya kalau kalian betul-betul sudah sampai pada tingkat muslim yang haq,
yang ‘arafu billah, yang mukasyafah, yang masyahadah, kiranya kita tidak berani
menilai derajat diri sidah setinggi itu, bukan?.....
Abuu ‘abas r.a
berkata : laa yadkhula ‘alaallahi illa
min baabilfana-il-akbari wahuwal maututh-thabi’iyyu.
Artinya :
tidak ada jalan masuk/masyahadah dengan allah kecuali melaui dua pintu : salah satu daripada itu ialah (fana-ul akbaru) yaitu (mati thabi’i)
Bagaimana
orang akan mengenal (mati) manakala belum pernah merasakannya, sebab qaidah
berlaku :
man lam
yadzuq lam ya’rif.
Artinya :
barangsiapa tidak merasai ia belum dapat mengenalnya. Berarti : apa lagi dengan
mengingatinya.
Qaidah
: setelah berada ditempat shalat atau tempat khalwat ba’daselesainya dari
melaksanakan mandi taubat yang (4) tingkat itu mulailah terlebih dahulu shalat
sunah wudhu (2) raka’at (1) salam. Kemudian shalat hajat bagi mengingat (mati)
dengan telafzh niat seumpama :
Ushalli liridha-illahi shalatalhajati
lidzikrilmauti rak’ataini lillahi ta’ala.
Pada raka’at
pertama ba’da fatihah dibaca surat al-kafiruuna dan raka’at kedua ba’da fatihah
dibaca surat Al-Ikhlash, lalu setelah selesai salam, sanbil duduk itu takbitul
iharam dengan niat munajat kepada Allah-karena Allah dan setelah terasa menetap
(Khusyu’) terus takbir dan sujud, dalam sujud mana membaca (1) shalawat (10x)
(2) tasbihul kamal (10x) (3) ayat hasanah (10x)
rabbana atina fiddunya hasanah
wafil-akhirati hasanatawwaqina ‘adzabannar (10x) kemudian takbir bangun
dari sujud, duduk dan memberi lagi salam kekanan dan kiri.
Terlebih baik
apabila sebelum shalat sunah hajat, juga shalat taubat sekurang-kurangnya (2) raka’at yaitu setelah selesai shalat
sunah wudhu tersebut di atas. Setelah itu duduk (tawaruk) dari kekanan kekiri
dan membaca (fatihah) yang dihadiahkan sebagaimana seperti waktu membacakan air
(bibit) untuk mandi taubat- hadirkan seperti syekhul mursyid (baca pada
rubathah 5) sambil membaca:
Yaa ayyuhal ldziina amanuushbiruu washabiru
warabithuu wattaqullaha la’allakum tuflihuuna (al-imran)
Artinya :
Wahai sekalian orang-orang beriman bersabarlah kalian dan tekunlah keshabaranmu
dan tetap siapaga dan bertaqwalah kepada Allah, tentu kalian beruntung.
Kemudian
mengucap …(Istghfar) sekurang-kurangnya dengan lafazh, Astghfirullahal (70x)
disertai didalam hati mohon diampunkan segala dosa yang zhahir dosa tubuh
seperti dosa (ua mata-dua telinga-mulut-hidung-dua tangan-dua kaki-perut dan
kemaluan) adapun juga dosa yang bathin yakni yang ada pada semua lathifah kita.
Setelah itu ditutup dengan membaca surat
(alamnasyrah 1x).
Mulailah
berdzikir dengan kalimah nafi itsbat…Laa ilaha illa illallah 7x…dengan lisan,
maka barulah dua mata dipejamkan, bibir dan gigi dirapatkan dan lidah ujungnya
ditekuk ke atas ditekan pada langit-langit mulut-dan semua anggota badan
dilemahkan-kemudian hadhirkan dihadapan hati kita guru yang meminpin kita (guru
mursyid), setelah itu mulailah didalam hati menggerakkan dzikir dengan membaca
terlebih dahulu :
Ilahi anta maqshudii waridhaka mathlubii
a’thinii muhibbataka wama’rifataka birahmatika ya arhamarrahimiina.
Wahai tuhanku,
engkaulah yang hamba maksud dan ridhamu yang hamba cari curahkanlah akan hamba
kasihmu dan ma’rifatmu diteruskan berdzkir didalam hati kita (lathif) kalimatul
ulya …Allah,Allah, Allah….dengan secepatnya mungkin sampai sekurang-kurangnya
satu nafas dapat (25x) sampai (200x) sekali masuk nafas, tekan nafas-keluar nafas
kemudian ditingkatkan dzikir itu sambil menjalankan-rabathah qubur- yakni
sambil berfikir didalam hati dari masa ‘alam dunia hingga ‘alam akhirat yaitu
seolah-olah kita orang yang (mati) : direnungkan, dibayangkan dirasakan betapa
mayat kita dijenguk orang-dimandikan orang-diwudhukan orang-dikafankan
orang-disembahyangkan orang-digotong orang-menuju quburan kita-lalu diturunkan
dan dibaringkan didalam lubang lahat (maka baringkanlah badan kita kala mayat:
kepala disebelah utara melonjor kaki sebelah selatan-wajah muka menghadap
qiblat artinya badan miring-terus berkekalan hudhur hati serta Allah,
dzikrullah……lalu bangunlah akan keatangan dua petugas Allah (malaikat) munkar
dan nakir untuk mensual kepada kita : man rabbuka? Waman nabiyyuka? Wama
imamuka?wama qiblatuka? Bayangkan : luluskah kita menjawabnya? Kemudian rasai
seolah-olah akan telah berdiri qiyamat engan segala huru haranya-dilapangan
‘alam mahsyar hingga ‘alam akhirat- dan kita bayangkan diri kita seakan-akan
berhadapan padatitiyan shirathal mustaqiim sambil kita berpikir betul2 apakah
dapat kita menjadi ahli jannah jangan-jangan pula tiada pantas menjadi diri
ahli jannah, karena kita orang yang banyak lalai-banyak dosa-masih berat paa
dunia terbanding berat pada akhirat- maka bagaimana kita dimasukkan dalam ‘alam
neraka yang dahsyat itu.
Dengan di
atasnya matahari dan api dunia saja kita sudah tidak tahan : tidak kuat,
apalagi ini dengan panasnya neraka jahanam. Tentu timbul rasa sambil yang
mendalam, terlihat, sesal yang menambah derita saj, mengapa selama ini
menghamburkan waktu hidup dengan selalu tersia-sia yang penuh dosa, mengumbar
hawa nafsu belaka.
Maka hidup
kita kembali beserta apakah kiranya? Kembali kita tidak ada dosa memberi
keselamatan dunia dan akhirat selain Allah semata-mata, kini sadarkah betapa
sebenarnya kita pakir akan Allah, kita teramat butuh pertolongannya, jadinya :
dekatilah Allah ! cinta cintaila ! agar selalu kita rindukan Allah, tentulah
senantiasa beserta Allah zhahir bathin, itulah dirasai sebagai satu2nya keadaan
yang pasti membawa pada ! keselamatan dunia akhirat, mengingati Allah-muraqabah
kekhadhirat Allah sebagaimana yang dimaksud dengan ta’rifnya thareqat
annaqsabandiyyah adanya.
Qalallahu
subhanahu wata’ala :
Watuzarraduu fainna khairaz-zadit-taquuni
ya-ulil-albab (al-baqarah-197)
Artinya :
berbekalah kalian sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan taqwalah
kepada kami wahai orang-orang yang berakal-dan lagi mengenai thareqat serta
rabathah mursyid tersimpul :
Yaa ayyuhalladziina amanuut-taqullaha
wabtaghuu ilaihilwasiilau (alma-idah-35)
Artinya :
wahai segala orang yang beriman taqwalah kepada Allah dan carilah kepadanya
jalan wasilah. Setelah semua itu selesai dzikirkan sampai disitu maka terus
kita dzikir ismudz-dzat sampai tertidur , dimana tidur istiharah namanya (tidur
meminta kebaikan) tetap dalam kea-daan berbaring lurus, miring menghadap qiblat
seperti sebagaimana mayat dalam lubang qubur.
Semoga dalam
tidur ini beroleh limpah karunia rahmat Allah memperoleh petunjuk hidayah.
Ingat dan
perhatikan dan dirasakan firman Allah ta’ala :
Walillahil masyriqu walmaghribu, fa-ainama
tuwallau fatsamma wajhullahi, innallaha wasi’uln ‘aliimu (albaqarah-115)
Artinya : dan
bagi Allah (milik Allah) timur dan barat, maka kemanapun kalian menghadap
disitulah wajah Allah (Dzat Allah) sesungguhnya Allah maha luas lagi maha
mengetahui dan diterangkan oleh masya-ikhi :
fa’lam annadz-dzata ‘ibaratun ‘amman kanatil lathiifatul
ilahiyahtu, idza tajalla ‘alaa’abdihi wa-afnahu ‘an nafsihi qama
fiihillathiifatu ilahiyahtu.
Artinya : kita
mulailah bahwa dzat itu adalah ‘ibarat dimana bertempat karunia ketuhanan,
manakala Allah berkehendak tajalli atas hambanya maka difanakan hamba itu dari
dirinya, maka bertempatlah padanya karunia ketuhanan.
Wallahu ‘alam
bish-shawab
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar