Panduan Dzikrullah

Panduan Dzikrullah

Kamis, 22 Oktober 2015

Bab_7_B_Mandi taubat dan dzikir maut



Rabathah qubur.

Pertama rabathah qubur itu disebut juga : dzikrulmauti (mengingati mati) yakni menjalankan perintah :…muutuu qabla an tamuutuu….(hadits) artinya : tasailah mati sebelum kalian mati.
Secara ilmiah seseorang akan lebih bersungguh-sungguh bertaubatmanakala dia tidak melupakan bahwa dirinya akan mati dan akan dihidupkan pada perhitungan ‘amal baik buruk, jasa dan dosa tidak ada yang terluput,  terbanding yang dengan taubat ashal begitu saja, terlebih-lebih orang bertaubat sambil merasai mati tentu benar-benar taubatnya dapat sempurna.
Bagaimana hukumnya menjalankan dzikrul maut atau rabathah qubur ini? Jawabannya perhatikan oleh kita marad daripada firman allah ta’ala  di dalam al-quranul karim….
 

innallahashthafa lakumuddiina fala tamutunna illa wa-antum muslimuuna (al-baqarah-123)
Artinya : sesungguhnya Allah telah memilihkan bagi kalian agama (islam) ini, maka bangunlah kamu mati kecuali dalam kedudukan (islam) yang benar-maka rahasia yang kita ambil dari ayat ini adalah : boleh saja kalian tidak memerlukan merasai mati (tidak dimestikan thareqat dengan kifayah rabathah qubur atau dzikrul maut) hanya kalau kalian betul-betul sudah sampai pada tingkat muslim yang haq, yang ‘arafu billah, yang mukasyafah, yang masyahadah, kiranya kita tidak berani menilai derajat diri sidah setinggi itu, bukan?.....
 

Abuu ‘abas r.a berkata : laa yadkhula ‘alaallahi illa min baabilfana-il-akbari wahuwal maututh-thabi’iyyu.

Artinya : tidak ada jalan masuk/masyahadah dengan allah kecuali melaui dua pintu  : salah satu daripada itu ialah (fana-ul akbaru) yaitu (mati thabi’i)
Bagaimana orang akan mengenal (mati) manakala belum pernah merasakannya, sebab qaidah berlaku :
 

 man lam yadzuq lam ya’rif.

Artinya : barangsiapa tidak merasai ia belum dapat mengenalnya. Berarti : apa lagi dengan mengingatinya.

Qaidah : setelah berada ditempat shalat atau tempat khalwat ba’daselesainya dari melaksanakan mandi taubat yang (4) tingkat itu mulailah terlebih dahulu shalat sunah wudhu (2) raka’at (1) salam. Kemudian shalat hajat bagi mengingat (mati) dengan telafzh niat seumpama : 

 

Ushalli liridha-illahi shalatalhajati lidzikrilmauti rak’ataini lillahi ta’ala.
Pada raka’at pertama ba’da fatihah dibaca surat al-kafiruuna dan raka’at kedua ba’da fatihah dibaca surat Al-Ikhlash, lalu setelah selesai salam, sanbil duduk itu takbitul iharam dengan niat munajat kepada Allah-karena Allah dan setelah terasa menetap (Khusyu’) terus takbir dan sujud, dalam sujud mana membaca (1) shalawat (10x) (2) tasbihul kamal (10x) (3) ayat hasanah (10x) 
 

rabbana atina fiddunya hasanah wafil-akhirati hasanatawwaqina ‘adzabannar (10x) kemudian takbir bangun dari sujud, duduk dan memberi lagi salam kekanan dan kiri.
Terlebih baik apabila sebelum shalat sunah hajat, juga shalat taubat sekurang-kurangnya  (2) raka’at yaitu setelah selesai shalat sunah wudhu tersebut di atas. Setelah itu duduk (tawaruk) dari kekanan kekiri dan membaca (fatihah) yang dihadiahkan sebagaimana seperti waktu membacakan air (bibit) untuk mandi taubat- hadirkan seperti syekhul mursyid (baca pada rubathah 5) sambil membaca:
 

Yaa ayyuhal ldziina amanuushbiruu washabiru warabithuu wattaqullaha la’allakum tuflihuuna (al-imran)

Artinya : Wahai sekalian orang-orang beriman bersabarlah kalian dan tekunlah keshabaranmu dan tetap siapaga dan bertaqwalah kepada Allah, tentu kalian beruntung.

Kemudian mengucap …(Istghfar) sekurang-kurangnya dengan lafazh, Astghfirullahal (70x) disertai didalam hati mohon diampunkan segala dosa yang zhahir dosa tubuh seperti dosa (ua mata-dua telinga-mulut-hidung-dua tangan-dua kaki-perut dan kemaluan) adapun juga dosa yang bathin yakni yang ada pada semua lathifah kita. Setelah itu ditutup dengan membaca surat (alamnasyrah 1x).

Mulailah berdzikir dengan kalimah nafi itsbat…Laa ilaha illa illallah 7x…dengan lisan, maka barulah dua mata dipejamkan, bibir dan gigi dirapatkan dan lidah ujungnya ditekuk ke atas ditekan pada langit-langit mulut-dan semua anggota badan dilemahkan-kemudian hadhirkan dihadapan hati kita guru yang meminpin kita (guru mursyid), setelah itu mulailah didalam hati menggerakkan dzikir dengan membaca terlebih dahulu : 
 

Ilahi anta maqshudii waridhaka mathlubii a’thinii muhibbataka wama’rifataka birahmatika ya arhamarrahimiina.

Wahai tuhanku, engkaulah yang hamba maksud dan ridhamu yang hamba cari curahkanlah akan hamba kasihmu dan ma’rifatmu diteruskan berdzkir didalam hati kita (lathif) kalimatul ulya …Allah,Allah, Allah….dengan secepatnya mungkin sampai sekurang-kurangnya satu nafas dapat (25x) sampai (200x) sekali masuk nafas, tekan nafas-keluar nafas kemudian ditingkatkan dzikir itu sambil menjalankan-rabathah qubur- yakni sambil berfikir didalam hati dari masa ‘alam dunia hingga ‘alam akhirat yaitu seolah-olah kita orang yang (mati) : direnungkan, dibayangkan dirasakan betapa mayat kita dijenguk orang-dimandikan orang-diwudhukan orang-dikafankan orang-disembahyangkan orang-digotong orang-menuju quburan kita-lalu diturunkan dan dibaringkan didalam lubang lahat (maka baringkanlah badan kita kala mayat: kepala disebelah utara melonjor kaki sebelah selatan-wajah muka menghadap qiblat artinya badan miring-terus berkekalan hudhur hati serta Allah, dzikrullah……lalu bangunlah akan keatangan dua petugas Allah (malaikat) munkar dan nakir untuk mensual kepada kita : man rabbuka? Waman nabiyyuka? Wama imamuka?wama qiblatuka? Bayangkan : luluskah kita menjawabnya? Kemudian rasai seolah-olah akan telah berdiri qiyamat engan segala huru haranya-dilapangan ‘alam mahsyar hingga ‘alam akhirat- dan kita bayangkan diri kita seakan-akan berhadapan padatitiyan shirathal mustaqiim sambil kita berpikir betul2 apakah dapat kita menjadi ahli jannah jangan-jangan pula tiada pantas menjadi diri ahli jannah, karena kita orang yang banyak lalai-banyak dosa-masih berat paa dunia terbanding berat pada akhirat- maka bagaimana kita dimasukkan dalam ‘alam neraka yang dahsyat itu.
Dengan di atasnya matahari dan api dunia saja kita sudah tidak tahan : tidak kuat, apalagi ini dengan panasnya neraka jahanam. Tentu timbul rasa sambil yang mendalam, terlihat, sesal yang menambah derita saj, mengapa selama ini menghamburkan waktu hidup dengan selalu tersia-sia yang penuh dosa, mengumbar hawa nafsu belaka.
Maka hidup kita kembali beserta apakah kiranya? Kembali kita tidak ada dosa memberi keselamatan dunia dan akhirat selain Allah semata-mata, kini sadarkah betapa sebenarnya kita pakir akan Allah, kita teramat butuh pertolongannya, jadinya : dekatilah Allah ! cinta cintaila ! agar selalu kita rindukan Allah, tentulah senantiasa beserta Allah zhahir bathin, itulah dirasai sebagai satu2nya keadaan yang pasti membawa pada ! keselamatan dunia akhirat, mengingati Allah-muraqabah kekhadhirat Allah sebagaimana yang dimaksud dengan ta’rifnya thareqat annaqsabandiyyah adanya.

Qalallahu subhanahu wata’ala :


Watuzarraduu fainna khairaz-zadit-taquuni ya-ulil-albab (al-baqarah-197)

Artinya : berbekalah kalian sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan taqwalah kepada kami wahai orang-orang yang berakal-dan lagi mengenai thareqat serta rabathah mursyid tersimpul : 
 

Yaa ayyuhalladziina amanuut-taqullaha wabtaghuu ilaihilwasiilau (alma-idah-35)

Artinya : wahai segala orang yang beriman taqwalah kepada Allah dan carilah kepadanya jalan wasilah. Setelah semua itu selesai dzikirkan sampai disitu maka terus kita dzikir ismudz-dzat sampai tertidur , dimana tidur istiharah namanya (tidur meminta kebaikan) tetap dalam kea-daan berbaring lurus, miring menghadap qiblat seperti sebagaimana mayat dalam lubang qubur.
Semoga dalam tidur ini beroleh limpah karunia rahmat Allah memperoleh petunjuk hidayah.
Ingat dan perhatikan dan dirasakan firman Allah ta’ala : 
 

Walillahil masyriqu walmaghribu, fa-ainama tuwallau fatsamma wajhullahi, innallaha wasi’uln ‘aliimu (albaqarah-115)
Artinya : dan bagi Allah (milik Allah) timur dan barat, maka kemanapun kalian menghadap disitulah wajah Allah (Dzat Allah) sesungguhnya Allah maha luas lagi maha mengetahui dan diterangkan oleh masya-ikhi : 
 

fa’lam annadz-dzata ‘ibaratun ‘amman kanatil lathiifatul ilahiyahtu, idza tajalla ‘alaa’abdihi wa-afnahu ‘an nafsihi qama fiihillathiifatu  ilahiyahtu.
Artinya : kita mulailah bahwa dzat itu adalah ‘ibarat dimana bertempat karunia ketuhanan, manakala Allah berkehendak tajalli atas hambanya maka difanakan hamba itu dari dirinya, maka bertempatlah padanya karunia ketuhanan.

Wallahu ‘alam bish-shawab
tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar