MUROKOBATU – MASYAHADATU
Sebagaimana telah banyak kita bicarakan
yang maksudnya bahwa dikehendaki dengan takholli (membuang sipat-sipat dan
perangai yang tercela) dan takholli (mensyuburkan menyapa nyata-nyata perangai
yang terpuji) yakni untuk mencapai MA’RIFATULLAH / mengenal Allah, maka
mengenal Allah itu pulalah kunci bagi berhampiri kepada Allah MUQOROBUN
petunjuk –petunjuk AL-QURAN tentang mukorobah diantaranya , firman Allah ta’ala :
Waidza saalaka
‘Ibadii ‘Annii fainnii ’Qoriib Ajiibu da’watuda’i idza da’ani (Al’baqoroh 182)
Artinya : dan apabila hamba-hambaku
bertanya kepadamu tentang AKU, maka (katakanlah) bahwasanya aku
dekat, aku meluruskan permohonanmu orang yang berdo’a apabila ia menyuruhku,
Dan lagi
Firmannya :
Wanahnu
Aqrobu Ilaihi
Minhablilwariid (Qaf 16),
Artinya : dan kami lebih dekat
kepada manusia daripada urat
nadinya (Urat Lehernya )
Lagi Firman Allah : Wahuwa ma’kum ainama
kuntum. ( Alhadiid 4 )
Artinya : dan dzat Allah beserta kamu dimana saja
kamu berada Kamu Dimana.Saja Begitu pula ditunjukan oleh hadits, bahwa
Rasulullah S a w bersabda.
Anta’budullaha ka annaka tarohu,
Artinya : bahwasanya
engkau menyembah Allah seolah2 keadaanmu
melihat dzatnya.
Dan adalagi
daripada ubadatubnish shomoti ada diriwayatkan bahwa Rasulullah s a w bersabda.
Afdholu imanulma’i an ya’lamu annallaha ma’ahu haitsa kaana.
Artinya : yang utama imannya
seseorang bahwa ia mengetahui bahwasanya Allah beserta dia dimana saja dia
berada
Muroqobat :
Artinya : menurut bahasa
adalah ber intai-intaian ( rasa menguasa ) , sedangkan arti menurut
istilah tashauf adalah : keadaan seoarang MEYAKINI SEPENUH HATI bahawa
Allah selalu melihat dan menguasa I kita yakni Allah Maha mengatahui SELURUH
GERAQ GERIQ KITA bahkan apapun yang terlintas dalam HATI KITA,
Berkata Syekh
Kusyairi:
Almurokobatu ‘Ilmul’abdi
Biththila’irrobbi Subhaanahu Wata’ala:Artinya : muqorobatu ialah bahwa hamba
tau sepenuhnya Yang Allah itu Melihatnya , dan setengah dari pada Ahli thashauf
berkata .
Man Rokoballahu
Fiihawa Thoihi ‘Ashomahullahu Ta’ala Fii Jawarihi.
Artinya : barang siapa yang
murokobah dengan Allah dalam hatinya maka Allah akan memeliharanya dari berbuat
dosa pada anggauta tubuhnya , dalam suatu qishah terceritakan , bahwa : adalah
seorang guru pada suatu hari sedang menguji beberapa muridnya tentang
muroqobah,
Maka guru ini lalu memberikan pada
tiap-tiap seorang muridnya seekor burung dengan perintah agar tiap murid itu
berpencar menyembelih masing-masing berungnya tetapi dengan catatan mesti
ditempat yang tiada terlihat oleh seorangpun, maka murid itu lalu berpencar
sendiri-sendiri masing-masing mencari tempat yang sunyi dan lagi tersembunyi
setelah beberapa saat kemudian para murid itu berangsur kembali datang kepada
gurunya sambil menyerahkan masing-masing burungnya yang telah mereka potong KECUALI
SEORANG MURID yang termuda membawa burungnya kembali kepada gurunya masih
dalam keadaan HIDUP, maka guru serentak menegur : bagaimana kamu tidak melaksanakan perintah
dengan tidak memotong burung itu ? JAWAB MURID : tuan guru menyuruh
supaya daku memotong burung ini ditempat yang sepi tidak terlihat oleh
siapapun, tetapi saya tidak menemukan tempat demikian KARENA DIMANA SAJA ALLAH MELIHATNYA,
tiada dapat tersembunyi dengan demikian tahulah guru itu bahwa satu ini saja
muridnya yang mengerti betul akan arti MUROQOBAh, yakni dia selalu
merasa intai dan diawasi oleh Allah dimanapun dia berada.
Begitu bahwa orng yang selalu MUROQOBAH
dengan Allah tentu dia tidak suka berbuat dosa lagi dan bershifat lurus
Dzohirnya dan Bathinnya, berlainan dengan orang ? MUNAFIQ yang selalu
takut diawasi dan diintai orang lain, manakalatidak dilihat orang maka
beranilah dia memperbuat dosa ditiap-tiap kesempatan yakni lupa melulu bahwa
Allah MELIHAT DIA.
Sebaliknya orang yang tiada MUROQOBAH
dengan allah ta’ala, maka dia tidak mempunyai pengawal kepada kebenaran karena
pengawalnya adalah SYAITHONIYAH.
Yang menyertainya kepada berbuat
dosa selalu, semagaimana dimaksudkan dengan perkataan seorang syekh al-mursyid
:
Arrojaau Yuharrikuka Ilaatho’ati Walkhaufu
Yab’iduka ‘Anil maa’ashii Walmurqobatu Tuddika Ilaa Thoriqil Haqoiqi,
Artinya : adapun harap
yang baik itu menggerakkan kamu kepada tho’at dan takut ( Akan Allah ) menjauhkan kamu dari jalannya
Ma’siat dan adapun muroqobah itu membawa kamu kejalan yang benar.
Tingkatan
Muroqobah.
Pada pokoknya tingkatan muriqobah itu ada tiga .
·
1 . Muroqobatul Qolbi
ialah kewaspadaan dan pengingatan
kepada HATI agar keluar dari HUDHUR hati serta Allah .
·
2 . Muroqobatur ruuhi
ialah kewaspadaan dan pengingat
kepada RUH agar tetap selalu
merasa berada dalam pengawasan
pengintaian Allah.
·
3
. Muroqobatus sirru
ialah kewaspadaan dan pengingatan
terhadap SIR / rahasia agar tetap selalu tetap meningkatkan ‘amal
ibadahnya dan memperbaiki adabnya . maka beberapa yang dikenakan oleh para
‘ulama tashauf .:
Painnal Bu’dal ‘Abdi
Mir Robbihi Innama Huwa Bisui Adzabihi
Artinya : bahwa
sesungguhnya jauhnya seorang hamba dari tuhannya hanya saja karena buruk
adabnya / tingkah lakunya , ; Perhatikan
firman Allah ta’ala didalam
hadits qudsi.
abdij’alni makana hamika akfika kulla hamika
makunta bika faanta fii khalali bu’din
wamakunta bii faanta muhalli qorbi fahtar linafsika
Artinya : hai hambaku
jadikanlah aku tempat perhatianmu niscaya aku penuhi pula perhatianmu itu
dimana aku ada dengan perhatianmu / kemaunmu maka engkau itu berada jauh dari
padaku dan dimana kamu ada karena kehendak aku ( Allah ) maka engkau itu berada
dekat aku maka pilihlah yang terbaik bagi dirimu itulah muroqobah yang dimaksud
dengan hadits
painnahu Yaroka
Artinya : Maka sesungguhynya Allah tetap
melihat / mengawasi kamu
Masyahadah .
Bahwasanya alat untuk
memproleh MA’RIFAT sebagai maqom TERTINGGI adalah SIIR, maka salasatu perbaikan SIIR
ialah MASYAHADAH dan nurul MASYAHADAH itu didalam QOLBU / HATI, dan tingkatannya adalah :
·
Pertama :
yang membukakan jalan dekat / berhampiri kepada ALLAH dengan tanda-tandanya bahwa seseorang
telah merasa MUROQOBAH ber
Intai – intaian dengan ALLAH.
·
Kedua : nampak keadaan ADAMIAH / ketiadaan
maksudnya hilangnya segala yang maujud hayalah lebur kedalam WUJUDULLAH /
bagi Allah sajalah WUJUD yang haqiqi.
·
Ketiga : ternampaknya Dzat Allah yang Maha Suci,
maksudnya Seseorang telah fana sempurna FANAUL
KAMILU yakni telah lebur dirinya dan
yang BAQO hanyalah wujudullah semata-mata
Bahwa terjadinya
masyahadah adalah ketika terjadinya hanya satu WUJUD ( AHAD ) yakni
wujudullah sajalah dan tidak wujud lain disamping Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar