Bab_4_ttakhallii=Membersihkan diri dari shifat2
yang tercela
(kotoran2hati)
Firman Allah
saw, didalam al-quranul kariim : walaqad
dzara’na lijahannama katsiran minaljinni wal-insi lahum quluubun laa yafqahuuna
biha walahum ‘ayuunun laa yabshiruuna biha, walahum adzanun laa yasma’uuna
biha, ulaa-ika kal-an’ami bal hum a’dhallu, ulaa-ika humul ghafiluuna
(al-‘imran-179), artinya : dan
sesungguhnya telah kami anjurkan untuk isii neraka jahanam itu kebanyakan dari (jin dan manusia)
bagi mreka itu diperlengkapi dengan (hati) yang tiada mereka pergunakan hatinya itu
untuk memahami (mengingat)
allah-bagi mereka itu diberi mata, tiada dipergunakan matanya itu untuk melihat
segala dalil ke agungan/kekuasaan Allah, bagi mereka diberi telinga yang tiada
mereka pergunakan pendengarannya itu untuk mendengar kalamullah, mereka itu
seperti binatang ternak, bahkan mereka terlebih sesat lagi, mereka itulah yang (lali)
daripada mempertuhankan Allah,
Orang lali
daripada mengingat allah karena lebih banyak mengabdi kepada kehendak (hawa nafsunya sendiri) dihukumkan
sebagai mempertuhankan (hawa nafsunya)
sebagaimana yang disinggung dalam firman Allah : …
Ara-aital manittakhadza ilahahu hawaahu
(al-furqan-43), artinya : adakah engkau melihat orang yang
mentuhankan hawa nafsu sendiri?
Bertolak
pangkal dari kandungan ayat-ayat tersebutlah maka wajib kita membersihkan diri
kita dari segala kotoran (hawa nafsu)
yaitu segala shifat madzmumah, jangan sampai diri kita menjadi ‘abdinya (hambanya hawa nafsu),
Adapun
shifat-shifat tercela mengotori jiwa manusia itu terutama ialah : (hasad)=Iri hati-(haqad)=dengki-benci-dendam-
(su-uzhani)=buruk sangka-takabur-sombong-(‘Ujub)=merasa lebih sempurna dari orang lain, (riya)=mempamerkan kelebihan diri,(sum’ah)=cara2nama/kemasyhuran,(bukhul)=kikir-(hubbulmali)=cintakebandaan,(tafakh-khuru)=berbanggadiri,
(ghadhabun)=marah,(ghiibatun)=mengumpat,(namimah)=mengumpat,(kidzibun)=berdusta,(hiyanatun)=hiyanat,
(nipaqun)=munafiq, (musyrikun)=syirik,
(mempertuhankan selain allah), …hubbuddunya….
Gila keduniaan/kedudukan, …hubbusy-syahwat…gemar nafsu ke-inginan, (fitnah)=memburukka orang lain, (tsabahatun)=panjang tangan, (mencuri),-(tama’)=rakus,(ghabinatun)=tipudaya, (ghabwatun)=lali-(ta’ashab)=pasek diri,(quwwalatun)=banyak
bicara,dan lain-lain seperti itu,
Aapun
shifat-shifat yang tercela pada (ma’shiat)
zhahir ialah : segala perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh anggauta
–anggauta badan manusia yang merusak orang atau diri sendiri hingga membawa
pengerbanan banda- pikiran dan perasaan dan ma’shiat zhahir itu melahirkan
kejahatan-kejahatan yang merusak seseorang dan mengacaukan masyarakat.
Terlebih
berbahaya adalah ma’shiat bathin karena tidak mudah dilihat dari luar dan
biasanya kurang disadari dan lebih sukar dihilangkan dan adalah ma’shiat bathin
itu sebenarnya pembangkit bagi ma’shiat zhahir an selalu menimbulkan
kejahatan-kejahatan baru yang dilaksanakan oleh anggauta-anggauta badan manusia.
Semua ma’shiat dan kejahatan itu berasal dari (Hati sanubari), dan shifat-shifat yang buruk itu berasal dari (Hati yang kotor)
dan itu merupakan (Hijab/dinding yg menutupi dirinya dari tuhan),
sebagaimana yang dimaksudkan dalam firman allah ta’ala :
Kallabal raana ‘alaa quluubihim
mayaksibuuna, kalla innahum ‘an rabbihim yauma-idzin lamahjubuuna (al-muthafifina-14-15),
=artinya : segala-gala curang itu,
sesungguhnya apa-apa telah menutupi (Hati)
mereka segala (dosa) yang telah
mereka usahakan, sekali-kali tidak benar mereka itu, sesungguhnya mereka pada
hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat)
tuhan,
Dan lagi
mengenai orang-orang yang berpaling inkar akan peringatan-peringatan dan
ajaran-ajaran pada kebenaran yang disampaikan oleh rasuulullah saw, maka
diterangkan dalam firman Allah :
Waqaluu quluubanaa fii kinnatin
mimmatad’uunaa ilaihi wafii adzaninaa waqruw-wamin baininaa wabainika
hijabun.(al-fusilat-5), =artinya : maka mereka berkata hati kamu berada
dalam tertutup akan apa yang engkau (muhamad)
serukan kami dan ditelinga kami ada sebutan dan antara kami dan engkau ada
dinding aling-aling,,,
Nyatanya
kotoran hati itu ada dapatlah kita
buktikan didalam shalat kita, setiap mukmin mengerti, bahwa tujuan utama dari
shalat itu adalah : untuk mengingati Allah sebagaimana firman Allah ta’ala :
,,,,
Wa-aqimish-shalata lidzikri (Thaha-41),
artnya :
dan dirikanlah shalat untuk mengingati kami tetapi kebanyakan dalam shalat itu
menyeleweng dari tujuan itu, karena sebegitu takbiratul ihram, maka ingatan
telah membelok kepada segala macam masalah kekayaan-kekayaan hidup keduniaan,
biasanya lalu kita coba menghilangkan ingatan pada urusan-urusan dunia itu
boleh jadi dengan memejamkan mata atau menahan nafas, dan mungkin berhasil
sebentar tetapi dalam waktu sekejap ingatan-ingatan bercabang itu datang lagi,
keadaan seperti ini dapat diumpamakan seperti lalat yang berkerumun menduduki kotoran-kotoran pada
suatu benda, lalat-lalat itu keluar diusir pergilah dia tetapi sekejap saja
sudah datang lagi manakala kotoran –kotoran masih ada.
Begitulah pula
halnya (hati kita), sukarnya
mengingati Allah (dalam shalat sebagai
ukuran), jelaslah menandakan masih bertumpuknya kotoran-kotoran didalam (hati) kita banyak atau sedikitnya
kotoran itu dapat dirasakan menetap tidaknya hati kita mengingati Allah didalam
shalat kita itu, apabila seseorang didalam shalatnya tidak ada sama sekali
ingatan pada Allah, itu pertanda dia dalam bahaya besar boleh jadi hatinya
telah demikian berkarat dengan kotoran –kotoran (hawa nafsunya) sampai berlapis-lapis, maka pentinglah bagi
seseorang yang demikian menempuh jalan ….riadhah….(latihan)
pembersihan jiwa dengan mengamalkan berbagi kifayah dzikirullah yang terpimpin
oleh guru yang ahlinya,
Maka itu orang
yang berbuat kejahatan dengan lidahnya atau tangannya atau lisannya tidaklah
dikatakan orang yang busuk badan tetapi yang busuk (hati) oleh karena mengingati Allah itu wajib maka menghilangkan
penghalangnya itu wajib, dan berarti membersihkan (Hijab)
penghalang dengan membersihkan hati (Tkhalli)
itu wajib dalam arti fardhu‘ain : mensucibersihkan hati untuk berbuat baik
terhadap sesama manusia dan bertaqwa kepada Allah sebagaimana sama ditunjang
dengan kebalikannya yaitu : berbuat baiklah terhadap sesama manusia dan
bertaqwa kepada allah, agar hati menjadi suci bersih. ………………
Ketahuilah,
bahwa tersingkapnya hijab / dingding penghalang /tabir yang membatasi diri
dengan tuhan itu ialah suci bersihnya diri/jiwa dari segala kotoran-kotoran
dosa/ma’sia lahir dan ma’siat batin, dan pada garis besarnya ada empat dinding
/hijab membatasi diri dengan tuhan itu, maka ada empat jalan pula untuk membuka
hijab-hijab itu yang ditempuh dalam empat tingkat pula, yang diuraikan sebagai
berikut.
Tingkat pertama :
suci dari najis dan hadats (bangsa
zhahir)
·
dalam hal membersihkan
diri dari najis maka orang beristija/bercebok dengan air atau tanah…………………………
·
dalam hal mensucikan
diri dari hadats besar sesungguhnya wajib mandi yang disebut mandi junub……………………….
·
dalam hal mensucikan
diri dari hadats kecil, seseorang wajib wudhu yakni bersih badannya,………………………
·
selanjutnya tiap malam
disuruh untuk selalu membersihkan tempatny dan lingkungannya, karena untuk
menghadap pada Allah ta’ala (seperti
sembahyang) mestilah dengan badan yang bersih, pakaian yang bersih dan
tempat yang bersih .
Tingkat kedua :
mensucikan diri dari dosa (bangsa
zhahir.)
memperbuat dosa yang bangsa zhahir itu
berpusat pada (7) angauta badan :
·
mulut yang biasa
berkata dosa, menyakitkan,ghibah,menertawakan dan segala bentuk berkata/bersuara
yang keji atau jahat, dan untuk menyuapkan makan minum yang haram.
·
Mata yang biasa
melihat barang yang haram, mendelik atau melototi orang,
·
Telinga yang biasa
mendengarkan cerita kosong atau suara-suara yang haram,
·
Hidung yang biasa
menjingjingkan orang atau menggerakkan kebencian.
·
Tangan yang biasa
merusak, memukul, mengambil barang haram, menulis atau menggambar yang tercela,
·
Kaki yang biasa
berjalan berbuat ma’siat, menyepak menendang, memasuki tempat haram,
·
Perut dan kemaluan
yang biasa bersyahwat keinginan akan yang haram dan berzina,
Bahwasanya pada ashalnya segala
angauta badan manusia itu diciptakan Allah ta’ala sebagai ni’mat dan amanat,
maka oleh karena itu, imam ghazali berpendapat, bahwa menggunakan ni’mat dan
amanat tuhan untuk memperbuat dosa dan ma’siat adalah kejahatan yang sangat
besar, sudah seyogyanyalah seseorang setiap kali hendak memperhubungkan dirinya
dengan Allah ‘azza wajalla yakni tuhan yang maha suci, perlu bertawadha’ dan
hikmah wudhu antaralain sangat baik dibiasakan merenungkan tiap-tiap anggauta
badan yang dikenali air wudhu itu apa yang telah diperbuatnya, dari hal mulut
berkumur-kumur apa kah dosa yang telah diperbuatnya oleh mulut itu, begitupun
muka-mata-tangan-kuping-otak kepala-kaki dan sebagainya, mengingati yang
demikian agar memenuhi apa yang disabdakan Nabi saw, : apabila berwudhulah seorang hamba, yang muslim, lalu berkumur2
maka keluarlah daripada mulutnya segala kesalahan, apabila mengisap hidung atau
berbangkis maka keluarlah dari hidung segala kesalahan, apabila membasuh
mukanya maka keluarlah dari mukanya segala kesalahan, apabila membasuh kedua
tangannya keluarlah dari tangannya kesalahan, apabila memabsuh kedua kakinya
dan kedua kakinya keluarlah segala kesalahan dari kakinya, demikian tatkala
menyapu kepalanya dan kedua telinganya niscaya keluarlah segala kesalahan dari kepalanya
sampai dari kedua telinganya, kemudian adalah perjalanannya ke masjid dan
shalat itu kemulyaan baginya.
Pada pan ilmu
thareqat mensucikan diri dari yang bangsa zhahir itu taubat (yang akan diterangkan kifayahnya nanti)
Tingkat ketiga :
bersuci dari dosa yang bangsa bathin/hati.
Bermula
yang menjadi pangkal perbuatan yang menjadi dosa dan menjadi pahala itu
ashalnya terbit dari ahti, telah bersabda
rasuulullah saw, inna fii aljasadi mudhghatan
idza shaluhat shaluhal jasadu kulluhu waidza fasadat fasadal jasadu kulluhu
ilaa wahiyalqalbu,= artinya : sesungguhnya didalam tubuh jasmani manusia itu ada
segumpal daging, apabila baik dia niscaya baiklah sekalian jasadnya dan
manakala rusak dia niscaya rusaklah pula sekalian jasadnya, ketahuilah : ialah (Hati),
Maka
para ahli shufiyah meumpamakan (Hati) itu sebagai
raja dan sebatang tubuh jasmani sebagai kerajaannya dan anggauta2 zhahir itu
adalah sebagai rakyatnya (mata-telinga-lidah-hidung-dua tangan-dua kaki-perut-dan
parji), jikalau hati itu telah baik maka baiklah pekerjaan anggauta
badan yang zhahir semuanya dan jikalau hati itu telah jahat tentu berbuat
jahatlah semua anggauta badan yang zhahir itu, adapun yang dikatakan hati yang
baik itu ialah jika hati itu tetap selalu mengingati Allah dan yang dikatakan
hati yang rusak/jahat ialah hati yang lali kepada Allah maka mudah berbuat dosa
dia, ketahuilah, bahwa hati itu ada (7)
pangkat dan dinamakanlah tujuh lathaif (lathifah2),
yang hanyalah keadaan saja dapat dirasakan dengan perasaan yang haluh dengan
pertolongan Allah ta’ala kepaa siapa2 yang dikehendakinya.
Apabila
di dalam lathaif yang tujuh itu terapat shifat-shifat mazmumah yaitu
shifat-shifat yang tercela tentu orangnya yang bersangkutan adalah lali kepada
Allah ta’la, sebaliknya jikalau didalam (7)
lathif itu seseorang telah tertanam subur shifat-shifat mahmudah/terpuji oleh
syara’ tentulah orang ini qawan mengingati Allah, selalu hudhur hatinya serta
Allah.
Maka hendaknya
di-ingat bahwa anggauta2 diri yang zhahir itu sebenar-benarnya menurut perintah
daripada anggauta diri yang bathin yang tujuh itu yaitulah :
1.
lathifatul qalbu (tempatnya) dua jari dibawah susu kiri………………………………………........................
2.
lathifatur-ruuh (tempatnya) dua jari
dibawah susu kanan………………………………………………..
3.
lathifatussir (tempatnya) dua
jari di atas susu kiri…………….............................……………………
4.
lathifatul khafi (tempatnya) di
atas susu kanan………………………………………………………....
5.
lathifatu akhfa (tempatnya) di
tengah-tengah dada………………………………………………………
6.
lathifatun-nafsi
anathiqah (tempatnya) di tengah
dahi………………………………………………………………..
7.
lathifatul kulli
jasadi (tempatnya) di ubun-ubun/otaq kepala
(keadaannya meliputi sekalian jasad badan)………..
adapun
mensucikan lathaif yang tujuh tersebut dilaksanakan dengan dzikir lathif, yang
akan kita bicarakan dalam bab-bab yang akan datang, sebagaimana telah kita
ketahui bahwa diri kita terdiri dari jasad-hati dan ruuh (nyawa), maka shifat suci bersih ari segala yang tercela itu pun
mestilah meliputi kesemuanya itu, maka itu
Tingkat kempat : bersuci daripada dosa yang bangsa nyawa.
Ini
disebut juga sebagai mensucikan sukma (rabbaniyyah)
yang dinamakan lathifatul qalbu juga, yakni bangsa ruuh yang paling halus dan
dialah yang memerintah dan mengatur gerak hati dan anggauta badan jasmani,
dialah disebut juga sebagai (haqeqat)
diri dan induk dari semua lathaif, dialah yang dapat muqaraba dan musyahadah
dengan Allah ‘azza wajalla manakala telah dibersihkan ari najis dan hadats,
suci dari kotoran-kotoran zhahir dan kotoran-kotoran bathin dengan dihiasi (dzikrullah). Sesungguhnya kehidupan
dan alam ini penuh dengan rahasia-rahasia tersembunyi dan rahasia-rahasia itu
tertutupi dengan dinding yaitulah (hawa
nafsu) kejahatan kita sendiri tetapi rahasia itu bisa terbuka dinding itu bisa
tersingkap dan dapatlah manusia dengan tekun menempuh jalannya, dan jalan
itulah yang disebut (thareqat) yang
pada garis besarnya berurut dari (Tkhalli-Tahalli-tajalli)..
Tamat
Rahmat Mulyadi. Taman Bima Permai Blok A 11 Cirebon Jabar
wallahu’alam bishshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar