Maka itu
dengan lain perkataan, bahwasanya dengan melajimkan / mendawamkan dzikrullah
seseorang mendapat warits atau pusaka (
bathiniah ) dari Nabi s.a.w
yang empat macam tersebut tadi yaitu :
1. Har –
artinya : hangat / panas diwaktu mengerjakan dzikrullah (dzikir bathiniah
Maksudnya merasa seolah-olah ia akan
hancur ( luluh ) badannya pada waktu mengrjakan dzikrullah didalam lathifah
yang tujuh pun tubuh terasa letih atau lemah, maka tetkala itu hendaklah orang
yang mendapat ( Har ) ini menghentikan mandi dan minum air
dingi sekurang-kurangnya ( 40 menit ) supaya jangan padam akan ( Nuur
Dzikrullahi ) itulah
sebabnya bahwa thoreqat annaqsabandiyah ila khororiyah maksudnya : thoreqat
pengikis pembakar bagi mengikis dan membakar shifat-shifat yang ( madmumah )
artinya : yang tercela,
2. Istighroq –
artinya : fana yakni karam didalam mengerjakan dzikrullah dengan ( dzikir
bathiniah ) yaitu karam
didalam ‘alam syahadah maka ada beberapa macam yaitu menurut annasyir yang
empat :
1.
Narun ========artinya
=======================api
2.
Maun ========artinya
==========================air
3.
Rihun ========artinya
============================angin
4.
Turobun ======artinya
================================tanah
Adapun ‘anashir
===Nar ===api maksudnya
bahwa orang yang mengerjakan dzikrullah itu terkadang mengalami perasaan Panas
atau Ingat yang tiada dapat dihinggakan
sebagai yang dishifatkan dengan ‘anashir ==Nar == api oleh karena itu jangan merasa susah atau berkeluh kesah.
Adapun ‘anashir ===Maun ====air maksudnya bahwa orang yang mengerjakan
dzikrullah itu terkadang mengalami perasaan Dingin kadangkala bersangetan dingin
seolah-olah sampai seperti menjadi kaku / beku tubuhnya, itulah apa yang
dishifatkan
dengan ‘anashir =Air ===maun.
Adapun ‘anashir ===Rihun ===angin maksudnya bahwa orang yang mengerjakan dzikrullah ( dzikir bathiniyah ) itu terkadang mengalami perasaan Ringan
melayang seolah-olah hendak terbang keangkasa (
‘alam musyahadah menuju ‘alam malakut ), maka tidak bisa dishifatkan bagaimana rasanya kemana atau
dimanakah dia. Itulah yang dishifatkan dengan =‘anashir
= Rihun ===angin.=
Adapun ‘anashir ===turobun
===tanah maksudnya bahwa
orang yang mengerjakan dzikrullah ( dzikir
bathiniyah ) itu terkadang
mengalami perasaan Berat badannya yaitu jauh lebih berat dari biasanya
maka terasa sangat beratnya dia bergerak. maka itulah yang dishifatkan dengan = ‘anashir = turobun ===tanah =
Ketahuilah sebagaimana telah nasyhur didalam riwayat bahwa
tetkala junjunan kitaketika berada didalam (
Gua hira dijabal nur )
sedang demikian tercengang didalam dzikrullah bathiniyahnya lalu mendapat ( Wahyu yang
pertamakalinya ) maka beliau
sedang mendapat ( Istighroq ) ‘anashir air yakni rasa dingin yang hebat
sehingga beliau memintai kepada istrinya yaitu Siti khodijah .r.a untuk
menyelimutinya. maka jukalau seseorang mengerjakan dzikrullah dengan
sesungguhnya lalu dia mendapat perasaan-perasaan pengalaman-pengalaman ( zhohir maupun bathiniyah ) sebagaimana halnya (
Istighroq itu maka dia telah mendapat ( Fadhal Allah ) limpah karunia Allah
1. Natijah = artinya : Syamrahnya = buahnya = yang didapat didalam
mengerjakan dzikrullah ( dzikir akhfiyan ) seumpama mengalami diantaranya
seolah-olah ibarat ia melihat dengan penglihatan bathiniyahnya seakan-akan
terbit.
Matahari
= dan =Bulan = atau = Bintang = semacam bercahya-cahya cemerlang gilang
gemilang pada sekalian badannya / tubuh jasmanunya yang mana cahya itu lain
dari pada yang lain tidak dapat dishifatkan, sebab disitulah ketika itulah Terbukanya
dinding yang meng Hijab yang
belum pernah dilihat dan belum pernah didengar sebelumnya bahkan belum pernah
dirasainya .
2 . Bashit = artinya : luas = bagi orang yang mengerjakan dzikrullah akhfiyan jenis tersembunyi yakni terhampiri kepadanya Ni’mat karunia
Allah ta’ala yang muthlaq seumpama telah kenal dengan yang maha
mempunyai segala – galanya tentu mudahsaja mendapat segala sesuatu, karena
orang yang Ma’rifat / telah mengenal Allah
menjadilah baginya Thobe’at kebiasaan mengerjakan Dzikrullah baik
diwaktu duduk atau berdiri maupun - berbaring
bahkan kata setengah ulama sampe diwaktu tidurnya
sekalipun senantiasa berkekalan berkepanjangan tiada berkeputusan mengingat Allah maka
dikata bahwa orang yang bekekalan berkepanjangan tiada berkeputusan menjalankan
Dzikrullah itu, maka darahnya
yang setetes dan dagingnya yang segumpal
tulangnya yang delapan karat dan seluruh bulunya serta sekalian uratnya bergerak dengan sendirinya serempak membaca dengan sendirinya dzikrullah = Allah = Allah = Allah langsung tampa dorongan atau bantuan anggota Zhohir lagi, maka orang yang telah
sampai
sedemikian adanya Zhohirnya hamba ---akan tetapi Bathinnya Allah sajalah yang mengetahui segala haqeqat.
Hwallahu ya’lamu sirrokum wajahrokum
Artinya :
hanyalah Allah yang mengetahui Rahasia
kalian maupun yang dinyatakan /
diterbukakan kalian.
Demikianlah keterangan mengenai
pusaka yang empat sebagai warits dari pada rasulullah .s.a.w yang terus turun
temurun sehingga jaman akhir yang dapa tdiperoleh bagi siapa saja yang
benar-benar menjalankan – mengerjakan dzikrullah yakni warid-warid bathiniyah
dengan memohon ( sharatnya = rukunnya = dan
adabnya ) seperti dengan
mengikuti peraturan –peraturan yang telah diturunkan oleh ahlinya didalam
thoreqat annaqsabandiyah, maka bagi orang yang telah beroleah limpah karunia
Allah itu dengan mengerjakan dzikrullah dari tajalli dzat Allah .s.w.t pada
masa itu hilanglah seakan ibarat dan terhapuslah sekalian isyarah yang empat
dan laksana Kaku lidahnya dan Pingsanlah
hatinya lalu cemerlanglah
padanya cahya Maqom ikhsan : qola rasulullah.s.a.w
Lima’allahi
waqtun yas’uni fihimalaku muqorobun nabiyyun mursalun
Artinya : untuk aku beserta Allah suatu
waktu yang tiada sampai padaku didalam waktu itu Malaikat yang
Muqorobun dan tiada pula oleh Nabi-nabi yang menjadi Rasul
Dan
keterangan pusaka yang empat tersebut hendaknya para murid mengukur diri
memeriksa dan meneliti pada diri masing-masing sudah sampai dimanakah tingkatan
masing-masing atau sudah samapai ditingkatan kedudukan yang mana lalu sekiranya
belum merasai / belum mendapa tsalasatu dari pusaka yang empat macam itu
janganlah berkecil hati hanya, pertinggi kesungguhan mengerjakan tugas
kewajiban beribadah kepada Allah dan melajimkan dzikrullah serta mau selalu
memeriksa dan meneliti diri sendiri kalau-kalau masih ada kekurangan pada
syaratnya : = shidiq = ikhlas = beradab
Pon
demikian para pemimpin yang sedanga memimpin murid-muridnya perlu sekali
mepahamkan dengan teliti apa-apa dari laporan dan pengalaman zhohirnya maipun
bathinnya dari pada para murid itu, sudah sampai dimanakah tingkatan tiap2
muridnya itu.
Maka
sebenarnya tidak sembarangan yang dekat :
Al’ulamau warotsatul
anbiya .
bahasa
ulama ( ilmunya ) adalah pewaris para Nabi. tentu mesti ada ciri-ciri
bukti.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar