Setengah
daripada ahli tafsir atas ayat :
Waalakininzhur
Ilaljabali fainistaqorro makanahu fasaufa taronii.
Artinya : akan tetapi lihatlah
kebukit itu maka jika bukit tetap ditempatnya, (niscaya engkau dapat melihat aku)
ditapsirkan sebagai mengandung pengertian bahwa tuhan menggantungkan bolehnya
(jaiz) terlihat atas tinggal tetapnya. Bukit itu pada tempatnya, Artinya :
Allah itu mungkin terlihat pada pada dirinya dan apa-apa yang terkandung atas
kemungkinan itu (mungkin hukumnya)
Lalu atas ayat :
Falammaa tajallaa robbahu liljibali Ja’alahu dakka.
Artinya
: ( tetkala tuhannya nampak bagi bukit itu ) maka kejadian itu menjadikan bukit
itu ( hancur luluh )Ditapsirkan dengan pengertian : maka bila ada kemungkinan
bahwa tuhan itu bisa nampak bagi bukit benda beku itu, bagaimana akan tidak
mungkin nampak bagi rasulnya dan para aulianya yang tidak beku itu.
Dan lagi manakala dekat, bahwa
sesungguhnya Allah berkata –kata dengan Nabi Musa r.a. dan Nabi Musa mendengar
kata-kata Tuhan itu lebih mungkin lagi berarti barang siapa yang sudah mencapai
Ma’rifat, maka lenyaplah diri keinsanan (lebur luluh) keadaan kebaqoan Allah
ta’ala.
Firman allah ta’ala :kullu
man ‘alaiha faani. wayabqo wajhu robbuka dzuljalaali wal ikroom ( Arrohman
26-27 )
Artinya : semua yang Ada dibumi itu akan
binasa. dan akan tetap Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebenaran dan kemuliaan.
Selanjutnya
falsafah Para ahli tashauf :
Man roal haqqo ta’ala ‘annafsihi waman roa nafsahu habiba
‘anillah.
Artinya
: barang siapa yang melihat tuhan niscaya lenyaplah iya dari dirinya dan barang
siapa masih melihat dirinya niscaya terhijab dia dari pada Allah….. justru maka
pengertian Ma’rifat tiada cukup dengan jalan dalil atau dengan aqal pikiran
saja, tetapi Ma’rifat dicapai dengan pertolongan Allah sebagai karunianya.
Ma’rifat atas yaqiin.
Bermula Yaqiin ialah :
2. tindakan bahwa keyaqinan
itu adalah suatu ‘ilmu yang tidak sesatkan angan-angan dan tidak dicampuri
keragu-raguan.
3. bahwa keyaqinan itu adalah
Nuur cahya yang diciptakan oleh Allah didalam
Hati Sanubari Hambanya sehingga dengan bantuan
Yaqinan itu dapat jelas bagian segala perkara yang Ghoib.
Tetkala Shekh al-junaed :
Al’yaqiinu irtifaa’urroibi
fii masyhadil ghoibi. al’yaqiinu huwas tiqrorul ‘ilmil ladzii layanqolibu walaa yahuulu walaa yaghoyyiru fiil qolbi
Artinya : yaqiin itu
menghilangkan keraguan pada ketika jelasnya yang ghoib bahwa yaqiin itu ialah
ketetapan ‘ilmu yang tidak berputar-putar ( berbalik-balik ) dan tidak
terumbang-ambing serta tidak pula (
berubah – rubah ), dalam hati.
Tegasnya bahwa yaqiin adalah
Kerajaan Qolbu dan dengan keyaqinan itu menjadilah sempurna iman dan yaqiin itu
pula kunci untuk sampai pada Ma’rifatullah.
walladzina yu’minuna bima
ilaika wamaa unjila min qolbika wabil akhirotihum yuuqinuun. ( albaqarah . 4 )
Artinya : mereka yang percaya
akan apa-apa yang diturunkan kepadamu ( Al-quran ) dan apa-apa semua kitab
suci. Yang dari sebelum engkau dan mereka itu tidak meyaqini akan masa akhirat
Bahwa yaqiin itu adalah iman
tetapi tidaklah tiap-tiap iman itu adalah yaqiin, karena iman itu kadang-kadang
dapat dimasuki Ghoflah / kelalayan padahal yaqiin itu tidak bisa dimasuki
kelalayan.
Telah bersabda Rasulullah
.s.a.w
akhwafu maakhofu ‘alaa
ummatii dhi’ful yaqiin wadhi’ful yaqiin innama yaqunu min ru’yati ahlil
ghoflati wamukholathoti arbabil bitholati walquswati.
Artinya : yang sangat aku
takutkan diantara ketakutan terhadap umatku ialah ( lemahnya keyaqinan ) bahwa
lemahnya keyaqinan itu adalah kerena terdorong kepada orng – orang yang lupa
agamanya , dan bergaul orang sesat yang bershifat kasar lagi berkepala
betu.
Ma’rifat atas ‘ilmul yaqiin
Firman
Allah ta’Ala :
Kalaa
lauta’lamuuna ‘ilmal yaqiin( Attakasyur
5 )
Artinya : Janganlah begitu,
jika kamu mengetahui ‘ilmu Yaqiin.( mengetahui dengan pengetahuan yang Yaqiin )
Maksudnya pengertian, yang
mereka dalam keadaan mencari kebenaran dengan jalan pikiran dahulu misalnya :
kita kenal Muhammad bin abdullah itu seorang nabi dan Rasulullah, karena
kalimat Syahadat memberi keyaqiinan kepada kita dengan pandangan ‘ilmu bahwa Syaidina
Muhammad itu benar adalah pesuruh Allah, meskipun belum dijumpai dengan mata
kepala jadi pandangan Ma’rufat dibalik tabir ( waroul hijabun ) diyaqiini
kebenarannya atas dalil-dalil yang dapat diterima oleh ‘aqal pikiran itulah
dalam tarap seperti ini dinamakan Ma’rifat dengan ilmul yaqiin, yang menurut
ahli-ahli tashauf dinamakan.
ma’rifat
dalam tarap : fana-u fiil af’al : aela
fahila illallah .
Artinya
: fana dalam tingkat fana dalam af’al ( perbuatan ) tajalli dalam af’al
tegasnya : tiada yang berbuat hanyalah Allah.
Ma’rifat atas
ainul yaqiin.
Firman allah ta’ala :
Tsumma latarowunnaha ‘ainal yaqiin ( Attakaasyur 7 )
Artinya : lagi
benar-benar kamu akan
melihatnya dengan keyaqinan
mata kepala.
Pengertian ini mengandung
keadaan orang mencari kebenaran dengan demikian
Mata kepala, seumpama kita kenal, Syaidina Muhammad .s.a.w. sebagai
Rasulullah bukan sekedar pehabaran / ucapan
orang saja, tetapi dengan jalan
kita telah membaca Al-quran dan
kitab
hasits tentang ajaran Agama Islam yang disampaikan
kepada dunia, yang dengan jalan itu lebih Shobar keyaqiinan kepada kita baik
dalam pandangan Zhohir maupun pandangan Bathiniyah.
Bahwa syaidina Muhammad
.s.a.w. itu sesungguhnya hanyalh Rasulullah bahkan seorang Saidil mursalin.
Inilah Ma’rifat pada tingakat ‘aenul yaqiin oleh para ahli tashauf sebagai
Ma’rifat tarap.
fanau
fiish-shifati . Tajalli fish-shifati aela hayyu illallah. Fana dalam shifat fana
tajalli dalam shifat.
Artinya
: tiada yg hidup (yang kuasa yang berkehendak berkata2 ) melainkan hanyalah
Allah.
Firman allah :
Wamatasyaauna
illa ayyasaa allah ( Al’Insan 30 )
Artinya
: dan tiadalah kehendak kamu melainkan kehendak Allah jua adanya
ma’rifat atas
haqqul yaqiin.
Firman
allah ta’ala :
Innahaadzaa
lahuwal Haqqul yaqiin ( Al-Waaqi’Ah 95 )
Artinya
: sesungguhnya yang disebut ini adalah benar-benar kenyataan yang benar –benar
Haqqul Yaqiin.
Yang ini mengandung pengertian
bahwa kita mengenal ilmunya Nabi.s.a.w. (seperti pada perumpamaan diatas) bukan
saja sekedar sebab mempelajari ajaran Islam tampa perantara lagi, kita Masyahadah
berpandang-pandangan dengannya,
maka Ma’rifat / pengenalan pada
tarap ketiga ini dinamakan :
Ma’rifat atas Haqqul Yaqiin, yang oleh para ahli tashauf dinamakan Ma’rifat
maka tarap:
fanau
fiidz-dzat tajalli fiidz-dzat, aelamajuda illallah,dalam tarap fana dalam dzat
tajalli dalam dzat,
artinya : tiada yang maujud (
berwujud ) muthlaq hanyalah Allah : maka orang yang telah sampai disini telah mencapai Kamalul Yaqiin,
Man lam yadzuq lam
ya’rif,
Artinya : barang siapa belum merasa maka ia belum mengenal,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar