Dan lagi sabdanya : Inna llaha laa yanzhuru ilaa shuwarikum walaa ilaa a’malikum walakinna
llaha yanzhuru ilaa quluubikum.
Artinya : bahwasanya Allah itu tidak
memandang akan rupa kamu dan juga tidak pada ‘amal-‘amal kamu, melainkan Allah
itu memandang kepada segala (hati)
kamu sekalian.
Jelasnya
adalah bahwasanya dibawah susu kiri kita terdapat segumpal / sekepalan daging
yang di sebut jantung dan dapat dilihat dengan mata kepala apabila dada kita
dibagian situ dibedah, itulah yang di dalam ilmu thareqat disebut (hati) yang zhahir, daerah
perhubungannya sukma (hati) yang
disebut (lathifatul qabu).
Hati zhahir atau jantung itu didalamnya
terdiri dari (dua) ruangan atau
bilik, yaitu :
1.
bilik yang
sebelah kanan didalam jantung itu adalah tempat iman,tauhid, ma’rifat, islam, ‘aqal, malaikat,
2.
bilik yang
sebelah kiri berisi darah hitam, ialah tempat kendaraan syaithan, iblis, dunia, hawa nafsu,
kedua lubuk itu atau sama berlawanan / bertentangan,
maka dalam diri kita bersarang pengaruh syaithan iblis yang selalu mengajak
manusia kepada syirik dan segala macam ma’shiat. Justru itu maka kita
diperingatkan oleh allah ta’ala dengan firmannya :
alam
‘ahad ilaikum yaabanii adama an lata’buduusy-syaithana, innahu lakum ‘aduw-wummubiina
(yaa siin-60)
tiadakah bukankah telah kami janjikan
kepada kamu sekalian, wahai anak2 adam. Bahwa janganlah kalian sembah syaithan,
karena dia itu musuh yang nyata bagimu.
Telah berkata rasulullah saw, ‘adaa ‘aduwwika fii nafsika baina
janbaika,.
Artinya : yang paling sesat menjadi
musuhmu itu berada di dalam diri engkau di antara (dua sisi engkau) atau antara (dua lambung engkau di dalam
dua lubuk hatimu) .
Dan lagi sabdanya : innasy-syaithana yajrii minibni adama
majraddami,
Artinya : bahwa
sesungguhnya syaithan itu berjalan pada diri manusia di tempat jalannya darah
(pembuluh darah).
Itulah syaithan / iblis
di dalam diri kita menyebar keseluruh tubuh kita hendak menguasai jiwa raga
manusia untuk dibawa kepada berbuat segala macam kejahatan dan kekejian, maka
dinamakan dia (hawa nafsu), selama
ada darah mengalir di tubuh kita selama itu tetap ada (hawa nafsu), maka bukannya (hawa
nafsu) itu dapat dimusnahkan melainkan mesti jangan di ikuti bahkan mesti
dilumpuhkn ditundukkan pada (iman, tauhid, ma’rifat, islam), berarti timbul selalu di dalam diri
kita adu kekuatan antara (iman) dibilik lubuk (hati) yang satu berlawanan dengan (hawa nafsu syaithanniah) yang maqamnya di dalam bilik lubuk (hati) yang sebelahnya.
Firman Allah ta’ala : Wa amma man khafa maqama rabbihi
wanahan-nafsa ‘anil hawaa, fainnal jannata hial ma’wa (anna zi’at-40-41).
Artinya : dan adapun
orang yang takut akan kebenaran tuhannya dan manakala dirinya dari aliran (hawa nafsunya) maka sesungguhnya
syurgalah tempat kediaman baginya.
Rasulullah saw, telah
bersabda : Laa yukminu ahadukum hattaa yakuunu hawahu
tab’an lima
ji’atu bihi.
Artinya : tiadalah
sempurna iman seseorang dari kalian sampai adalah (hawa nafsunya) menjadi mengikuti atas ajaran-ajaran yang telah
daku sampaikan,
Firman Allah ta’ala :Innannafsa la-amaratu bisy-syu-i illaa
marahima rabbii (yusuf-53).
Artinya
: sesungguhnya hawa nafsu itu selalu menyuruh untuk kejahatan, kecuali
siapa-siapa yang dikasihi (dilindungi
tuhannya).
Maka
daya pancaran kejahatan itu yang beredar ddengan gerakan (hawa nafsu) meliputi seluruh aliran aran (darah) itu berpusat dalam gelapnya (hati), yang manakala (hati)
itu (lathiifatul qalbu) tidak dipalu
dengan (dzikrullah) yaitu yang
memancarkan nuur ketuhanan yang terang benderang, maka jiwa seeorang itu akan
diliputioleh kegelapan asap dan kebutnya
api neraka, maka itu menyelamatkan diri daripada kegelapan tersebut mestilah
kita berpegang pada petunjuk dari rasulullah saw, dengan sabdanya :
Inna likulli syai-in shiqalatan, wa
inna shiqalatal qalbi dzikrullahi.
Artinya
: sesungguhnya untuk segala sesuatu itu ada sunar cahya yang menerangi, dan
bahwasanya sinar cahya yang menerangi (hati) itu adalah (dzikrullah).
Maka
justru itu pada pan ilmu thareqat sangat dipentingan bermaca-macam kifayah
(dzikrullah biqalbu0, ada kalanya dengan membanyakkan zikir kalimat nafi isbat
/ kalimat tauhid / kalimatul husna / kalimatul tahliil : (laa
ilaha illallah) dan
ada kalanya dengan dzikir kalimatul ‘ulya / isimudz-dzat / lafazh aljalalah (allah,
allah, allah) pun biqalbi, yang mulai bab berikut
ini kita mulai secara bertahap.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar