THAREQAT
Begitulah
Wahyu yang Pertama-tama beliau terima di Ghuha Hira dari mulai ….IQRO…(bacalah)
sampai-sampai diakhir surat…..AL’LAQ….wasjud
waqtarib….. dan sujudlah dan katakanlah dirimu kepada tuhan tiada lain istinya
daripada ajaran-ajaran / didikkan ruhani yang diperoleh Nabi SAW. Dalam hidup
keruhaniannya.
Setelah
junjunan kita Muhammad SAW. Menjadi Rasul – setelah beliau sering mengasingkan
diri, Kholawat / Zuhud di Guha Hira tetapi beliau meneruskan Mujahadah
mendekatkan diri (Muroqobah) dengan (Kholaqnya), berdzikir – bertaubat / istighfar – shalat-shalat tahajud–bermunajat
kepada Allah dalam tingkat “Musyadah“
dan “Mukasyafah“ yang dengan jalan
ini beliau mencapai Haqeqat ketuhanan.
Nabi
SAW. Memperkuat batnin dengan hidup keruhanian, maka beliau menjadi seorang
yang quat keyaqinan dan keimanannya menguasai segenap jiwanya dengan kekuatan
batnin kuat dalam menderita kesukaran dan aniaya musuh-musuhnya, kuat menahan
lapar dan dahaga, kuat dalam kekuarangan sandang atau pangan atau alat-alat
perlengkapan hidup kuat menahan segala bentuk kesakitan, kuat dalam menguasai
diri, menjadilah seseorang yang paling mulya dalam tindakan, perbuatan dan
ucapan, shabar dan berani dalam segala sifat-sifat yang paling terpuji.
Semenjaka
beliau dimadinah, dengan sengaja beliau mendirikan disamping mesjid madinah
suatu ruangan khushush (Majlis)
sebagai tempat tinggal dan tempat didik ilmu agama bagi para shabat-shahabatnya
yang mengikutinya dalam perjuangan , dan pembangunan Islam, tempat itu
dinamakan: (sufah) (Zawiyah), mula-mulanya ada empat ratus orang
pengikut dan lambat laun menjadi berlipat ganda.
Mereka
itu dinamakan ahli sufah, berbudhi akhlaq halus, sangat kuat Iman keyaqinannya,
tawakal dan ikhlash, hebat kekuatan batninnya.
Rasulullah
pernah berkata kepada abu hurairah r.a . ahli sufah itu adalah tamu-tamu orang
Islam, mereka tidak mempunyai keluarga, tidak mencintai harta banda dan tidak terikat kepada seorang
manusiapun hatinya kecuali kepada Allah dan Rasulnya.
Jaminan
Allah ta’ala adalah bahwa (Rizqi dan
Melimpah) kebandaan pasti di anugrahkan oleh Allah kepada setiap (Mukmin)
yang berpegang pada Thoreqat sunat rasuul tercermin dalam firmannya :
Wa anlawis taqomu ‘alaa thoreqoti
laasqainahum maa an ghodaqon ( al-jin – 16
Artinya
: dan bahwasanya jika mereka tetap berjalan lurus diatas thoreqat (jalan Allah)
tentu kami memberi kepada mereka minum air segara (Rizqi yang berlimpah).
Memang
pada zaman permulaan Islam yaitu dimana kunci kekuasaan sudah ditangan Nabi
SAW. Dan qaum muslimin kekayaan datang berlimpah, dan melihat kekayaan yang
melimpah-limpah ketangan qaum muslimin yang datangnya itu banyak
tersangka-sangka maka saidina ‘Umar r.a . sendiri tercengang keheranan, banyak
para shahabat yang dahulunya hidup sederhana atau miskin kini hidup menjadi
orang2 kaya raya seperti : saidina ‘Usman bin ‘Afan, saidina ‘Ash zubair bin
‘awam, ‘Abdurrohman bin ‘Auf dan lain-lain, jelas itu adalah bukti kenyataan
dari firman Allah ta’ala :
Waman
yattaqillaha yaj’allahu makhrojan wayarzuqhu min haitsy layahtasib ( aththolaq
– 2 - 3 )
Artinya
: barang siapa yang bertaqwa kepada Allah tentu diberikan jalan keluar dari
kesusahan dan Allah. Tetap memberikan Rizqi / kekayaan tanpa dapat
disangka-sangka / diperkirakan
datangnya.
Tetapi
ditengah-tengah kekayaan Umat Islam yang melimpah itu, Nabi Besar Muhammad SAW.
Tetap hidup sederhana sebagai hidupnya seorang shufi dalam hidup keruhanian, suatu hari saidina
‘Umar r.a menemui Nabi SAW. Dikamarnya : tidak didapat perhiasan – tidak ada
perabotan selain satu buah bangku yang alasnya terbuat dari jalinan daun kurma
dan didinding yang tergantung hanyalah sebuah guriban tempat air persediaan
untuk berwudhu bagi Nabi SAW.
Maka
terharulah saidina ‘Umar .r.a
sampai-sampai bercucuran air matanya,
Lalu Rasulullah SAW.
Menegurnya : mengapa kira air matamu bercucuran wahai ‘Umar ?
Saidina ‘Umar .ra. menjawab
:, bagaimana saya tidak terharu Ya Rasulullah, hanya begini ini yang kudapati
dikamar tuan ! tidak ada perabotan tidak ada kekayaan padahal sekarang kunci “
Maysriq dan Maghrib “ telah tergenggam ditangan tuan ! dan kekayaan Negara dan
Bangsa telah berlimpah, lalu beliau menjawab : daku ini adalah pesuruh Allah,
wahai ‘Umar, bukankah aku ni seorang maha raja dari Roma atau seorang kaisar
dari Persia,
mereka menuntut dunia dan aku menuntut akhirat.
Diriwayatkan bahwa pada suatu hari datanglah
saidina jabrail . a.s. kepada Nabi Muhammad SAW. Menyampaikan salam tuhan dan
bertanya :, manakah yang anda suka. Ya Muhammad ! menjadi Nabi yang kuasa dan
kaya raya seperti Nabi Sulaiman atau menjadi seorang Nabi fafa lagi miskin
seperti Nabi Ayub ? Rasulullah SAW. Menjawab : aku lebih senang dengan kenyang
sehari lalu lapar sehari, jika kenyang aku bersyukur pada tuhan dan jika lapar
aku Shabar atas cobaan tuhanku.
Demikianlah
hidup keruhanian dalam Islam telah dimulai dari peri kehidupan Nabi Besar
Muhammad SAW. Dan para shahabatnya yang utama dan pun terdapat dalam kehidupan
para Nabi-nabi yang terdahulu.
Para shahabat-shahabat Nabi yang utama dengan mencontoh
kehidupan Nani Besar Muhammad SAW. Telah dapat menggabungkan kehidupan lahir
(Duniawi) dengan hidup keruhanian didalam hidupnya sehari-hari, meskipun beliau-beliau
menjadi Kholifah yang utama seperti : Saidina Abubakar – ‘Umar – ‘Utsman –
‘Alii r.a. dimana segala warna kehidupan itu telah mereka pandangi , dari hidup
keruhanian Hati : memperkuat Iman yakni hidup yang ditegakkan atas kemurnian
jiwa, dan kesucian Hati : seperti memperkokoh Iman – Keyaqinan dan kekuatan
batnin.
Berkat
kehidupan qaum Muslimin mencontoh dari Nabi Besar Muhammad SAW. Mereka berjuang
menegakkan masyarakat dan negara untuk dan dari ketinggian “Agama Allah“ sampai jatuhlah kekuasan-kekuasan penantang-penantang
Islam seperti : “ hancurnya singgasana
Kaisar Roma “ – runtuhnya Mahligai Kaisar dari Persia, lalu terpeganglah anak
kunci Barat dan Timur. Harta kekayaan melimpah, harta banda bertimbun2 – tetapi
itu semua bukanlah tujuan seolah-olah
hanya yang secara kebetulan saja jumpa ditengah perjalanan, sebab tujuan utama
dan yang paling Besar adalah : Ma’rifatullah.
Rasulullah
SAW. Bersabda : Zuhudlah terhadap dunia supaya Tuhan mencintai engkau dan
Zuhudlah pada apa yang ditangan manusia
supaya siapapun cinta akan engkau (diriwayatkan
oleh ibnu maja – Thabroni dan Baihaqi).
Imam
Ghazali berpendapat : bahwa daku yaqiin benar-benar bahwa qaum shufiyah itulah
benar-benar menempuh jalan yang yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan
yang dikehendaki oleh Allah, lagi beliau berpendapat : bahwa berhampiri diri
kepada Tuhan–merasakan wujudnya Tuhan dan mengenal Tuhan hanya dapat dicapai
dengan menempuh satu Jalan yaitu jalan yang ditempauh oleh Qaum Shufiyah.
Sejarah mulai ramainya :
Thoreqat .
Melemahnya
semangat keruhanian dan jiwa shufi telah menyalakan fitnah yang paling hebat
lantaran harta dan kekayaan yaitu sesudah Khulafai rrosidiin / Shahabat yang
(Empat) dimana terjadi perang saudara dikalangan qaum musliminn sendiri.
Kemudian
kholifah “ mu’awiyah “ berbentuk kerajaan sudah jauh berbeda dan menyimpang
dari ! cara shahabat / kholifah yang empat, kerajaan bani ‘umayah lalu meniru
kebiasaan –kebiasaan kebandaan seperti yang dipake oleh Raja-raja Persi dan
Romawi dan berangsur-angsur hidup keruhanian ditinggalkan kerajaan Islam telah
bertambah diliputi kekayaan harta yang melimpah dan berdirilah orang-orang kaya
yang berkuasa atau orang-orang berkuasa yang kaya raya, maka lalu dapat
perbedaan hidup dan kehidupan yang sangat menyoliok dimasyarakat warga negara,
kekuasaan pemerintah kholifah telah tidak ada batasannya dan kekuasaannya hanya
untuk membela pihak yang berkuasa, sedang kepentingan masyarakat / rakyat
menjadi diabaykan, pada masa itu timbullah pula perlawanan yang digerakkan oleh
tiga kekuatan yakni “ Qaum khawarij “ Qaum Syi’ah “ Qaum Zahid “ kedua
golongan yang pertama semata-mata ingin merebut pemerintahan dari bani ‘Umayah
tersebut, tetapi golongan Zahid bukan karena menginginkan tahta kekuasaan,
tetapi mengingini agar kembali meratanya hidup keruhanian yang dengan itu dapat
tercipta keadilan kesejahtraan yang merata, mereka yakin bahwa dengan hidup
keruhanian itlah akan dapat padam api pitnahan, mengembalikannya perpecahan dan
permusuhan serta terbina perdamaian yang abadii, karena keruhanianlah dapat
menjalin baiknya hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan
Tuhan
Pada
masa itu daulat bani ‘Umayah adalah suatu kerajaan yang paling luas
kekuasaannya terbentang dari sebelah Timur mulai daratan Asia sampai kebarat
yaitu, daratan Erifah di Sepanyol, paling kuat, kaya dan maju, sayang justru
dikala begitu hidup keruhanian Umat Islam tertindih dengan hidup kebandaan dan
kemewahan, kehidupan bertashauf ditinggalkan sehingga akhirnya jatuh dan hancur
juga dalam kekuatan dan kekayaan kemegahan kebandaan, dengan pengalaman dan
nashib yang sama juga daulat Bani ‘Abas / ‘Abasuyah dibaghdad, memang benar
sekali apa yang pernah diramalkan oleh Nabi SAW. Bahwa kamu akan hancur lebur
laksana hancurnya kayu dimakan api-api disebabkan hatimu telah terpaut oleh
dunia / kebandaan : maka pangkal keruntuhanmu ialah karena fitnah yang timbul
dari dalam kalanganmu sendiri.Jatuhnya kerajaan Bani ‘Umayah di Erifah /
Sepanyol dihancurka oleh “ Keristen Katholik “ di erofah dimana umat islam
disan dibasmi habis-habisan, sampai sekarang hampir tidak ada lagi bekasnya
seolah-olah orang tidak dapat percaya bahwa disepanyol itu pernah berpusat
Negara Islam yang tekuat, terkaya dan termaju itu, kehancurannya bukannya
karena lemahnya persenjataan atau lemahnya ekonomi akan tetapi karena lemahnya
jiwa keruhanian maka kekuatan batin mereka pada waktu itu telah pudar hanyut
ditelan arus kebandaan, meskipun dikala itu ada juga ahli tashauf dan filsafat
seperti “ Ibnu Rasyid , Ibnu ‘Arobi dan lain-lain tetapi disitu tidak terdapat
semacam kelompok zawiyah ( Majlis pendidikan ) bagi mendidik orang keruhanian
gina kekuatan batin semacam (Suffah) yang diadakan oleh Rasulullah SAW.
Padamasanya.
Lain
halnya dengan kehancuran kerajaan Islam, ‘Abasiyah dibaghdad oleh “ Hulaqu “
juga dari kekuasaan keristen katolik dibagian timur dimana seolah rata menjadi
tanah Hulaqu berdiri menepuk dada dengan congkaknya diatas ratusan ribu mata
qaum Muslimin seolah-olah bahwa Islam itu telah dibasmi sampai keakar-akarnya
dan tindakan kekejaman Hulaqu itu menurut pandang zhohir Islam disitu sukar
dapat bangkit lagi, yerutama jika dipandang dari segi kekuatan yang tampak
zhohir, akan tetapi kenyataannya tidaklah demikian, mengapa ?
Kekuatan
senjata dapat dilumpuhkan, kekayaan harta banda dapat dirampas sedangkan
kitab-kitab Agama dan Ilmu pengetahuan dapat dibasmi dan dibakar oleh manusia,
tetapi keyakinan Iman yang kuat dalam bathin orang Mukmin tidak dapat
dilumpuhkan, tidak dapat dirampas oleh manusia, inilah satu-satunya yang masih
tesisa : Iman , Keyakinan , dan kekuatan bathin yang masih tertinggal di dada
qaum Muslimin baghdad, terutama para Shufinya, Iman mereka yang masih menyala
didalam Hati mereka di tengah-tengah reruntuhan kehidupan, dapat membangkitkan
kembali sinar kejayaan Islam yang anadi.
Pada
masa itulah thoreqat berkembang dimana-mana negri yang ada pemduduknya Islam,
oleh karenanya berkembang pulalah tempat-tempat pendidikan, tempat-tempat
Ta’lim dan tempat-tempat melakukan latihan-latihan thoreqat pada umumnya
bershifat sederhana tempatnya dan terasing dari keramaian lomba dunia /
kebandaan, seumpama Zawiyah dimasa Nabi SAW. Yang justru tidak terdapat
disepenyol pada zaman Bani ‘Umayah.
Demikianlah
thoreqat pada waktu itu seperti jamur dimusim hujan, pada waktu itulah
tokih-tokoh shufi banyak sekali, mereka bersatu dalam tujuan yakni hendak
manunggal dengan tuhan walaupun dengan cara dan
jalan yang bermacam-macam dan cara dan jalan yang ditempujnya itulah
dinakan “ Thoreqat “ yang namanya dibangsakanlah kepada penemunya.
Sisa-sia
kekuatan itulah masih dimiliki oleh qaum Muslimin yang kemudian bangkit kembali
dengan kekuatan dengan keyakinan Islam sebagaimana bukti-bukti yang masih dapat
kita saksikan di negara-negara Muslim pada masa sekarang termasuk mendunia,
sejarah tidak boleh melupakan jasa-jasanya para Syekh-syekh Mursyid, Guru-guru
thoreqat dan para muridnya, yang berkat penganut-penganut thoreqat itu kini
Islam masih dapat memancarkan sinarnya.
Kekuatan
Iman dan keyakinan yang menguasai jiwa mereka itu dimana Agama Allah dan rasa
ketuhanan benar-benar telah berpungsi
didalam bathinnya, mereka berdu’a dengan selalu beserta tuhannya,
sehingga mereka merasa berkekalan khudhur hatinya serta Allah, maka hatinya
selalu damai dan tenang, sebagaimana tersebut dalam firman Allah ta’ala :
Ala
inna auliallahi lakhaupun ‘alihim walahum yahzanuun ( yunus – 62 ).
Artinya
: bahwa sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada takut atas mereka dan tiada pula
rasa ragu duka cita.
Tashauf = Thoreqat adalah pusaka
terpenting keimanan islam.
Acapkali terdengan ejekan atau cemoohan : apa itu
tashauf, apa itu thoreqat, apakah itu sudah ada pada masa Rasulullah SAW ?. apa
itu mukan bid’ah ? dan yang semacam itu pula ada yang menganggap thoreqat itu
sesuatu yang katanya ; diada adakan dan sebagainya.
Terhadap mereka yang melontarkan ejekan demikian
sepetutnyalah kita mengangkat kedua belah tangan berdo’a :
Allahummagh firlirlahum fainnahum laya’lamuuna.
Artinya : Ya Allah, ampunilah mereka itu karena sesungguhnya jelas bahwa
mereka itu tiada berpengetahuan.
Sebagaimana telah kita jelaskan
bahwa hidup keruhanian itu adalah jiwa perikehidupan yang mulya Nabi Besar
Muhammad SAW. Baik dimasa beliau sebelum menjadi Nabi maupun setelah menjadi
Nabi dan Rasul,
Demikian perikehidupan para shahabatnya yang utama mengikuti beliau
Lalu perata yakni dan seterusnya sampai pada masa
kita ini, bahwa hidup keruhanian itulah yang menjadi ilmu tashauf dan thoreqat.
Untuk mengetahui Iman / rukun Iman pelajarilah ilmu ushuludin,
Untuk mengetahui Islam / rukun
Islam pelajarilah ilmu fiqiih,
Untuk mengetahui Ihsan / rukun Ihsan pelajarilah ilmu tashauf
Untuk melaksanakan Ihsan
pelajarilah ilmu thoreqat,
Perlu dihilangkan sementara anggapan yang mengira seolah-olah ilmu tashauf
/ thoreqat itu tidak berasal dari Islam, padahal ilmu tashauf / thoreqat itu
adalah pusaka keagamaan Islam.
Keruhanian itu mengukuhkan iman dodalam hati
membina kekuatan batin sehingga menjadi alat kekuatan bagi perjuangan Agama
Islam sepanjang masa dan suasana, lihatlah junjunan kita Nabi Besar Muhammad
SAW, disamping beliau sebagai Rasulullah – pendiri Negara (Negarawan) –
Panglima Perang – Imam peribadatan, manusia Suritauladan – pemberi smangat dan
kasih sayang – Rahmat bagi seluruh ‘Alam, tiada lain sendi-sendi kekuatannya
adalah hidup keruhanian sebagai sendi kekuatan batin yaitu kekuatan penentu
bagi segala ihwal kezhohiran.
Firman Allah ta’ala :
Ulaaika kataba fii quluubihimul imana waayyadahum biruuhi minhum
wayudkhiluhum jannatin tajrii min tahtihal anharukholidinafiiha
rodhiyallahu’anhum warodhu’anhu ulaaika hizbullahi alaa innahizbullahi humul
muflihuun ( almujadakah – 22 ).
Artinya : mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan
dalam hati mereka dan Allah menguatkan mereka dengan Ruuh ( Kekuatan dan
keimanan hati ) yang datang daripada Allah, dan dimasukkannya mereka itu
kedalam syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai mereka kekal didalamnya,
Allah ridho atas mereka dan merekapun puas atas limpahan rahmat Allah, mereka
itulah golongan / pasukan Allah, ketahuilah bahwa golongan Allah itulah
golongan yang untung, sebagaimana telah diuraikan bahwa hidup keruhaniannya
Nabi Besar Muhammad SAW. Itulah kemudian menjadi : ‘Ilmu tashauf, tetpai memang
di zaman Nabi SAW, belumlah dimasyhurkan nama : tashuf sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang khushush, pada masa itu belum lagi diuraikan cabang ilmu
seperti : Ilmu fiqiih – ilmu Kalam – Ilmu Hadits – Ilmu Tafsir – dan lain-lain,
setelah kemajuan umat mulai berkembang bersamaan perkembangan zaman dimana
perkembangan ilmupun tumbuh dengan berbagai cabangnya, maka pada abad “ Kedua
Hijriyah “ atau abad kedelapan “ Masehi “ barulah keruhanian itu dilaksanakan
dengan tatacara menjadilah suatu ilmu dinamakan ilmu tashauf, perhatikanlah
suatu hadits yang diriwayatkan dari saidina Abu Hurairah r.a :
‘An abi hurairah r.a qola :
kanan nabiyyu SAW. Barizan yauman linnasi fa atahu rojulun faqola : malimanu ? qola : alimaanu antukmina billahi
wamalaikatihi wabiliqoihi warusulihi watukmina
bilba’si qola : malislamu ? qola : al islam anta’budallahu walatuysrika bihi
syaiian watiqiimashsholata watuaddiyazzakatal mafrudhota watashuuma romadhona,
qola : mal Ihsanu ?
qola : anta’budallaha kannaka tarohu fain lam takun tarohu fainnahu yaroka
( rowahul bukhari ) .
artinya : dari abu
hurairah r.a berkata : pada suatu hari adalah Rasulullah berada di
tengah-tenga
kelomp okok orang-orang banyak, tiba-tiba seorang
laki-laki (Malaikat Jabrail a.s) datang lantas bertanya, apakah Iman itu ?
dijawab oleh Nabi SAW. Iman ialah bahwasanya : engkau percaya adanya Tuhan ,
percaya akan Malaikatnya – Percaya Firman-firmannya Allah – Percaya akan
Rasul-rasul Allah – Percaya akan Hari Kebangkitan , bertanya lagi laki-laki itu
: apakah Islam itu ? Nabi SAW, menjawab Islam ialah Menyembah Allah dan tidak
mempersekutukannya, menegakkan Shalat, menunaikan Zakat yang dipardhukan,
berpuasa dalam bulan Ramadhan, kemudian laki-laki itu bertanya lagi : apakah
Ihsan itu ? Nabi SAW, menjawab : bahwasanya Ihsan itu ialah keadaan engkau
menyembah Allah seakan-akan engkau melaihat Allah, sekiranya engkau tidak dapat
melihatnya, maka Allah melihat akan engkau.
Bersambung ke_1_C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar